
Rindu Kampung Halaman
Hampir 20 tahun para pengungsi Ahmadiyah tinggal di Asrama Transito, Mataram, Lombok. Waktu yang cukup lama, para pengungsi pun rindu berkumpul dan bersua dengan keluarga di tanah kelahiran.
Salah satu pengungsi, Munawaroh mengaku rindu dengan tanah kelahiran di desa Sawing, Kelurahan Majidi, Kecamatan Selong, Lombok Timur (Lotim).
Namun pada tahun 2002 lalu, masih teringat dibenak Munawarah, pengusiran yang dilakukan masyarakat anti Ahmadiyah. Demi menyelamatkan nyawa dan melanjutkan hidup, ia harus meninggalkan tanah kelahiran dan mengungsi di Polres Lotim beberapa waktu.
Baca Juga:Videonya Sempat Viral, Bule Spanyol dari Bali Dikira Jadi Pengamen di Mandalika
Tidak cukup sampai di sana, ia harus berpindah dan mengontrak sebelum pindah ke pengungsi Transito.
"Sebelumnya kami ngontrak sana sini baru dipindah ke Transito, kalau dihitung kami sudah 20 tahun di sini," aku Munawaroh saat ditemui di pengungsian, Sabtu (23/7/2022).
Munawaroh menceritakan kerinduannya yang mendalam, pasalnya di Lotim ia harus meninggalkan rumah ukuran 11x10 meter dengan luas tanah enam are. Bukan hanya rumah, ibunda pun harus ia tinggalkan berpuluh-puluh tahun.
"Rumah itu sekarang dikontrakan", katanya.
Namun kini ia merasa cukup lega sebab jika ada hajatan dan keperluan keluarga di Lotim, ia bersama dua orang anaknya dapat berkunjung ke kampung halamannya tersebut.
Baca Juga:Viral Video Jambret di Mataram Tarik Kalung Warga di Rumahnya, Aksinya Cepat
Namun jika hajatan dan keperluan sudah selesai, ia harus kembali ke pengungsian yang menyerupai kos-kosan berderet. Tiap bilik berukuran 3×3 meter persegi.