Megawati Angkat Soal Falsafah Hidup Bali Tri Hita Karana Dan Nyepi di Penutupan GPDRR

Ia menjelaskan bahwa Tri Hita Karana merupakan ajaran yang masih diterapkan oleh masyarakat Bali dalam kesehariannya.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 28 Mei 2022 | 08:09 WIB
Megawati Angkat Soal Falsafah Hidup Bali Tri Hita Karana Dan Nyepi di Penutupan GPDRR
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan secara daring dalam penutupan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022, di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/5/2022). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/ny].

SuaraBali.id - Saat berpidato pada acara penutupan Sesi Ke-7 Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), di Badung, Bali, Jumat (27/5/2022), Presiden Ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengangkat ibadah Nyepi dan falsafah hidup masyarakat Bali Tri Hita Karana.

Nyepi dan Tri Hita Karana, menurut Megawati merupakan cara hidup yang dianut oleh masyarakat Bali agar selaras dengan alam dan peka terhadap tanda-tanda alam, termasuk di antaranya bencana.

“Bali yang terkenal dengan nama Pulau Dewata punya tradisi spiritual keagamaan dan kebudayaan khas Bali yang tidak sama dengan India, yaitu perayaan yang disebut Nyepi. Melalui Nyepi, masyarakat Bali tidak melakukan apa pun selama 24 jam,” kata Megawati di hadapan ribuan delegasi asing dari lebih 190 negara.

Ia menjelaskan bahwa Tri Hita Karana merupakan ajaran yang masih diterapkan oleh masyarakat Bali dalam kesehariannya.

Baca Juga:Hujan Ringan Diprediksi Guyur Bali Hingga NTB Hari Ini

“Menurut falsafah ini, kebahagiaan manusia terjadi saat tercipta keseimbangan Sang Pencipta dengan seluruh alam raya dengan sesama manusia, karena itu di Bali alam yang sangat baik, penuh cinta, sebagai kesadaran kesatuan kosmologi kehidupan,” paparnya.

Sehingga menurutnya kearifan lokal itu yang perlu dijaga dan menjadi inspirasi bagi semua pihak. Megawati juga menyoroti bencana ekologis dan krisis akibat perubahan iklim yang keduanya merupakan ancaman bagi kemanusiaan.

Dia menjelaskan upaya menghadapi bencana juga perlu mempertimbangkan aktivitas manusia yang seringkali menjadi penyebab bencana ekologis dan krisis perubahan iklim.

Oleh karena itu, Megawati berharap hasil dari rangkaian pertemuan GPDRR 2022 dapat memperkuat kesiapsiagaan dunia dalam menghadapi bencana.

Megawati dalam sambutannya juga mengusulkan agar dunia dapat memperkuat Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan memperkuat kemitraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) antarnegara demi meningkatkan kesiapsiagaan global dalam menghadapi bencana.

Baca Juga:Istana Kepresidenan di Tampaksiring Beralih Menggunakan Energi Terbarukan

"Perkiraan iklim penting untuk kepentingan pertanian dan mitigasi bencana," kata Megawati.

Rangkaian pertemuan resmi Sesi Ke-7 GPDRR 2022 berakhir pada Jumat, setelah resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, Rabu (25/5). Forum GPDRR merupakan pertemuan multipihak yang diakui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas penerapan Kerangka Kerja Sendai.

Kerangka Kerja Sendai/Sendai Framework merupakan kesepakatan pertama yang dibuat pascaagenda pembangunan dunia 2015 yang fokus menggalang. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini