Kearifan Lokal Suku Sasak Pada Rumah Adat Bayan Dalam Mitigasi Bencana

Ini menjadi pengingat akan sejumlah kearifan budaya lokal yang berada di tanah "Bumi Gora"

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 20 Mei 2022 | 17:20 WIB
Kearifan Lokal Suku Sasak Pada Rumah Adat Bayan Dalam Mitigasi Bencana
Rumah tradisional Suku Sasak (Suara.com/ Manuel Jeghesta)

SuaraBali.id - Pergerakan patahan berkekuatan 7 Skala Richter (SR) saat terjadi gempa bumi pada 2018 ternyata tak mampu meruntuhkan bangunan yang berdindingkan bambu yang dianyam serta atap ilalang di rumah adat Bayan di Kampung Adat Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Ini menjadi pengingat akan sejumlah kearifan budaya lokal yang berada di tanah "Bumi Gora" yang turun temurun dan sudah terbukti keampuhannya alias bukan hanya dongeng menjelang tidur.

Kearifan lokal mempunyai peran penting dalam mitigasi bencana. Hal ini dituturkan oleh tokoh masyarakat Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Sunting Mentas saat diwawancara Antara NTB pada (18/5/2022).

Menurutnya kearifan budaya lokal dalam wujud konstruksi "rumah balai balak" harus dilestarikan dalam mengantisipasi ancaman gempa bumi.

Baca Juga:Ratusan Kendaraan Dinas di Lombok Timur Nunggak Bayar Pajak

"Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yaitu Pasifik dan Indo-Australia berdampak terhadap tingginya potensi bencana termasuk di wilayah NTB, sehingga diperlukan kearifan lokal seperti dalam konstruksi bangunan," katanya.

Ia mengatakan, peran kearifan budaya lokal dalam menghadapi atau memitigasi bencana ke depan sangat penting, karena konstruksi rumah suku Sasak pada zaman dahulu dirancang tahan gempa.

Rumah tradisional itu terbuat dari kayu dan bentuknya yang lancip seperti rumah tani yang memiliki teras depan dan rumah balai balak.

Masyarakat dulu meyakini bahwa rumah mereka tahan gempa, hanya saja saat ini bahan bangunan tidak sekuat dulu, sehingga sering kebakaran, katanya.

Ia melanjutkan bahwa dengan adanya kemajuan zaman dimana konstruksi rumah masyarakat telah banyak berubah pada era digitalisasi saat ini, sehingga dirinya berharap pemerintah bisa melakukan kolaborasi konstruksi bangunan supaya tidak melupakan kearifan budaya lokal yang dikenal masyarakat zaman dulu tahan gempa.

Baca Juga:Dijebak Oknum Waria, Pelajar SMP di Lombok Timur Mengaku Diancam Video Mesumnya Disebar

"Sekarang banyak bangunan permanen yang dibangun warga, tapi tidak tahan gempa. Walau ada gedung besar yang dibangun, harus ada kearifan budaya lokal yang bisa dikolaborasikan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak