SuaraBali.id - Toleransi beragama di provinsi Bali sudah tidak perlu diragukan. Tak hanya masyarakat Hindu, provinsi Bali juga dihuni oleh pemeluk agama islam.
Momen Idul Fitri pun menjadi hari yang menunjukkan betapa toleransi beragama di Bali sudah terjalin dengan baik. Di hari raya, Pecalang juga turut membantu tata tertib pada saat sholat Ied.
Sementara itu umat muslim biasanya mengantar makanan sebagai ungkapan bahagia.
Inilah 4 kampung muslim di Bali yang sudah ada sejak dulu dan terjaga toleransinya.
Kampung Gelgel dipercaya sebagai kampung Islam tertua di Bali. Dari kampung inilah Islam disebut berkembang di Pulau Dewata. Desa Gelgel terletak di Kabupaten Klungkung, sekitar 60 kilometer arah timur Denpasar.
Masjid Nurul Huda yang ada di kampung ini menjadi salah satu saksi bisu datangnya Islam di Balu, Pasukan Majapahit beragama muslim yang mengantar pulang Raja Gelgel, Ketut Dalem Klesir, menjadi penghuni pertama kampung ini.
Salah satu keunikan Kampung Gelgel adalah terdapat aturan bahwa kepala desa hanya boleh dijabat oleh orang yang beragama Islam.
2. Kampung Loloan, Jembrana
Kampung Loloan berjarak sekitar 90 kilometer dari kota Denpasar. Kampung ini dikenal sebagai hunian masyarakat muslim di Bali yang terbesar. Keberadaan Kampung Loloan tidak bisa dilepaskan dari kedatangan prajurit Bugis sekitar empat abad yang lalu.
Atas izin penguasa Jembrana yang beragama Hindu, I Gusti Arya Pancoran, kelompok Bugis ini diizinkan menempati daerah Loloan. Seorang ulama asal Melayu, Buyut Lebai, juga membantu penyebaran agama Islam di Bali. Makanya berada di kampung ini.
Penggunaan bahasa Bugis dan Melayu di Kampung Loloan masih sering terdengar hingga saat ini.
3. Kampung Pegayaman, Buleleng
Walau dihuni banyak muslim dari nenek moyang prajurit Bugis, namun Kampung Pegayaman masih mengusung kebudayaan Bali, seperti dengan adanya subak dan banjar. Yang berbeda hanyalah keberadaan rumah ibadah, pura berganti dengan masjid.
Nama orang-orang di sini bernuansa Bali yang berpadu dengan Islam, seperti Ketut Abdul Karim, Nyoman Abdurrahman, dan semacamnya. Salat Tarawih di sini diadakan sekitar pukul 22.00, sehingga para wanita bisa mengurus rumahnya terlebih dahulu.
4. Kampung Kecicang Islam, Karangasem
Nama 'kecicang' sendiri diambil dari nama bunga berwarna putih yang biasa dimasak oleh masyarakat setempat. Bukti peninggalan Islam di Kecicang Islamadalah Masjid Baiturrahman yang telah berdiri sejak akhir abad ke-17.
Masjid tersebut setinggi tiga lantai dan terus dipercantik setiap tahunnya. Tari Rudat yang merupakan akulturasi budaya Bali di Kecicang Islam dan Timur Tengah.