Warga Ukraina di Bali Unjuk Rasa Serukan Perdamaian, Desak Putin Stop Perang

Ada 3.200 warga negara Ukraina di Bali

Muhammad Yunus
Selasa, 01 Maret 2022 | 18:34 WIB
Warga Ukraina di Bali Unjuk Rasa Serukan Perdamaian, Desak Putin Stop Perang
Puluhan Warga Negara Ukraina menggelar aksi damai menyerukan perdamaian Rusia - Ukraina, di Kantor Konsulat Ukraina di Jalan Gurita, Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali, pada Selasa 1 Maret 2022. [SuaraBali.id/Yosef Rian]

SuaraBali.id - Puluhan Warga Negara Asing (WNA) asal Ukraina menggelar aksi solidaritas. Menyerukan perdamaian. Menyusul konflik yang melibatkan negara mereka dengan Rusia.

Di depan Kantor Konsulat Ukraina di Jalan Gurita, Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali, pada Selasa 1 Maret 2022, para warga Ukraina membentangkan spanduk tulisan bernada seruan perang dihentikan.

Tulisan yang mereka serukan seperti "Putin Stop War!!! Russians Want Peace, Love Peace Save Ukraina, Pray For Ukraina, Ukraina I Love You," dan lain-lain

Konsul Kehormatan Republik Ukraina di Bali, I Nyoman Astama, mengatakan melalui aksi ini mereka memberikan dukungan moril. Menyuarakan perdamaian dengan harapan pesan ini sampai ke dunia internasional. Bahwa Ukraina cinta damai dan ingin konflik berhenti.

Baca Juga:Wawancara Eksklusif Suara.com! Dubes Vasyl Hamianin: Ukraina Minta Jokowi Bicara dengan Presiden Putin

Berdasarkan data Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwilkumham) Bali terdapat lebih dari 3.200 WN Ukraina yang ada tersebar di wilayah Provinsi Bali, rata-rata dari mereka berprofesi sebagai digital marketing.

"Mereka menunjukkan solidaritas kepada negaranya saudara-saudaranya, bahwa mereka tidak ingin perang, mereka cinta damai, sama kalau negara kita mengalami perang, kita tidak ada di sana, apa yang yang bisa kita lakukan, ya memberikan dukungan moril," kata Astama di sela - sela aksi.

"Kita mengharapkan pesan ini sampai kepada para pemimpin mereka, mereka mengharapkan terjadi perundingan yang menemukan titik temu dan bisa mencapai kesepakatan perdamaian, itu harapannya," imbuhnya.

Astama menyampaikan, bahwa perang Rusia dan Ukraina bukan tidak mungkin sampai ke Indonesia. Salah satunya di sektor perekonomian. Ia menerima laporan WN Ukraina tidak bisa menerima transferan dana dari negaranya karena serangan cyber.

"Dampak perang itu sangat keras dan banyak sekali, dari kemanusiaan, infrastruktur, psikologi, tidak kalah penting perekonomian, dari konsulat kita mengantisipasi bahwa akan ada dampak yang berpengaruh pada mereka karena bank-bank di sana diserang oleh cyber. Mereka dari sini tidak bisa menerima transferan dana, mungkin sekarang masih bisa bertahan, mudah-mudahan tidak berlangsung lama, cepat berakhir sehingga bisa normal," jabarnya.

Baca Juga:Sebelum Diterapkan ke Seluruh Indonesia, Bali jadi Contoh Bebas Karantina Mulai 14 Maret Mendatang

Astama mengungkapkan kisah waktu berada di Ukraina, bagi dia, orang Ukraina sama halnya dengan orang Indonesia memiliki rasa kekeluargaan persaudaraan yang tinggi dan cinta damai.

"Sebenarnya mereka orangnya sangat cinta damai, friendly, kekeluargaan tinggi, sama seperti orang asia, Indonesia, saya waktu ke sana tanya jalan ditunjukkan diantarkan, pernah juga teman saya sakit masuk ke apartment tahu- tahunya mereka belikan obat," bebernya.

Mengingat situasi Pandemi COVID-19, Astama berkomunikasi dengan perwakilan dari WN Ukraina mengenai aturan-aturan yang diberlakukan pemerintah Indonesia, sehingga kedepan aksi-aksi yang mengundang kerumunan agar bisa dihindari.

"Mereka menyebar di mana-mana, kita komunikasi ke perwakilan mereka dan yang kita kenal, surat kita buatkan bahwa untuk saat ini sesuai aturan pemerintah Indonesia berkumpul tidak direkomendasikan di situasi pandemi tidak boleh mengadakan aksi damai, demonstrasi, atau sosial gathering dan sejenisnya, kita harapkan mereka memahami bahwa aturan disini harus diikuti. kalau tidak, ada konsekunsinya," paparnya.

Disinggung mengenai bantuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap mereka yang izin masa tinggalnya habis dan lain sebagainya, Astama menjelaskan bahwa hal itu sudah dikoordinasikan Kantor Pusat Kedutaan dengan pemerintah.

"Itu memang ranahnya di kantor pusat kedutaan, di sana mereka yang melakukan negosiasi ke pemerintah indonesia tahap ini sedang dilakukan koordinasi yang saya tahu. Tupoksi kita sebagai konsul bagaimana menjembatani yang disampaikan, kita memfasilitasi," pungkasnya.

Kontributor Bali : Yosef Rian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak