SuaraBali.id - Desa Adat dengan wilayah terbesar di Bali, Desa Adat Kerobokan kompak tidak membuat dan mengarak ogoh-ogoh menjelang Hari Suci Nyepi bulan Maret 2022 mendatang.
Ketua Yowana Desa Adat Kerobokan, I Gusti Prayoga Mahardika Putra menjelaskan, sebanyak 50 banjar adat di Desa Adat Kerobokan sepakat tidak Nyomya ogoh-ogoh.
Mereka mengkhawatirkan kerentanan pelanggaran protokol kesehatan sehingga berpotensi terhadap lonjakan COVID-19 dan terkena sanksi Satgas COVID-19.
"Kenapa sepakat menunda karena jujur saja, selain waktu izinnya sudah mepet persyaratan juga terlalu rumit, kami khawatir, ini menjadi tanggung jawab panitia, kalau ada pelanggaran kasihan ketua pemuda banjarnya. Ada oknum yang melanggar nanti bisa yang kena sanksi, itu yang dikhawatrikan, karena ada batasan dan rawan pelanggaran," kata Yoga kepada SuaraBali.id, Kamis 24 Februari 2022.
Yowana dari setiap Sekaa Teruna Teruni (STT) atas kesepakatan bersama Penglingsir, Bendesa hingga Klian Desa memutuskan mengganti kegiatan ogoh-ogoh dengan kegiatan kreativitas lainnya yakni lomba penjor bulan April 2022 mendatang usai Nyepi.
"Kita siapkan solusi pengganti, dengan lomba penjor jadi di kawasan Kerobokan nanti akan penuh dengan hiasan penjor, ada lomba Fotografi, Videografi, TikTok, acaranya berpusat di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kerobokan," ujarnya.
Di samping itu, Yoga menjelaskan, dari 584 STT banjar di Badung, sekitar 66 STT telah menyatakan untuk ikut prosesi Nyomya di Wewidangan Banjar masing-masing.
"Mereka beberapa punya ogoh-ogoh stok lama, dengan keluarnya izin terbaru dari Gubernur Bali akhirnya ikut mengarak di banjar, kalau Kuta Utara dan Abiansemal informasi terakhir juga tidak buat," ujarnya.
Yoga selaku Ketua Yowana juga mendatangi tiap STT yang membuat ogoh-ogoh dengan memberikan support dalam menjalani Nyomya ogoh-ogoh dengan persayaratan yang diatur sedemikian rupa.
"H-7 kita kunjungi ke banjar kita bawa hand sanitizer dan masker, dari Petang ke Kuta Selatan," ucap dia.