Monumen Sita Kepandung Setinggi 12 Meter Akan Percantik Wajah Denpasar, Pembiayaan Melalui NFT

Adapun tinggi total monumen 12 meter yang terdiri dari patung setinggi delapan meter yang disangga dengan pedestal setinggi empat meter.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 17 Januari 2022 | 14:41 WIB
Monumen Sita Kepandung Setinggi 12 Meter Akan Percantik Wajah Denpasar, Pembiayaan Melalui NFT
Monumen Sita Kepandung. [Istimewa]

SuaraBali.id - Wajah kota Denpasar akan dipercantik dengan adanya pembangunan monumen ‘Sita Kepandung’. Uniknya pembiayaan pembangunan monument ini digalang dari dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan atau Coorporate Social Responsibility (CSR) melalui mekanisme Blockchain dan Non Fongible Token (NFT).

Tren dan fenomena penggalangan dana ini sebagai perwujudan dari semangat Vasudhaiva Kutumbakam (gotong royong) yang diusung Pemkot Denpasar dalam memajukan warganya.

“Pemilihan mekanisme blockchain, adalah implementasi dari spirit Denpasar Maju yang responsif dan adaptif terhadap perkembangan jaman,” kata Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, menyampaikan itu saat menerima tim gabungan pembangunan Monumen “Sita Kepandung”, di Ruang Rapat Kantor Walikota Denpasar, beberapa waktu lalu sebagaimana diwartakan kabarnusa- Jaringan Suara.com.

Adapun tinggi total monumen 12 meter yang terdiri dari patung setinggi delapan meter yang disangga dengan pedestal setinggi empat meter.

Material dan teknik patung menggunakan beton sedangkan pondasinya menggunakan gaya pasangan bata Bebadungan. Sedangkan seniman penggarapnya adalah Nyoman Gede Sentana Putra yang akrab disapa dengan panggilan Kedux.

Nyoman Gede Sentana Putra dikenal pembuat Ogoh-ogoh sekaligus motor builder yang karyanya kerap menjuarai berbagai kompetisi internasional. Rancangan tersebut kemudian diwujudkan sebagai bangunan oleh arsitek kenamaan Bali, I Ketut Siandana.

Selain untuk mempercantik wajah kota yang secara artistik Sn menyehatkan warga, monument ini juga memberi vibrasi positif bagi setiap orang yang melintas atau berada di sekitarnya melalui simbol, filosofi, dan makna yang dikandungnya.

“Vibrasi tersebut akan turut mendorong siapa saja yang melintas atau berada di sekitarnya untuk bertindak lebih produktif dan konstruktif, tutur Jaya Negara.

Ketua Yayasan Kepeng Artha Semesta, IGP Rahman Desyanta, memaparkan bahwa untuk penggalangan dana bagi pembangunan Monumen “Sita Kepandung” pihaknya akan menerbitkan empat jenis NFT.

Jenis pertama adalah Blue Mark NFT diberikan kepada para kolaborator yang ikut serta dalam pengembangan monumen dari tahap ide hingga eksekusi.

Jenis kedua adalah Red Mark NFT, diterbitkan untuk institusi atau komunitas dengan nilai donasi besar. Jumlah NFT jenis ini diterbikan sangat terbatas yakni sekitar empat sampai tujuh NFT.

Institusi atau komunitas yang memegang NFT ini identitasnya akan diabadikan dalam lempeng logam yang dipajang pada dinding pedestal monumen.

Jenis ketiga dan keempat adalah Purple Mark NFT dan Yellow Mark NFT yang diterbitkan untuk perseorangan dengan nilai donasi Rp.5 juta dan Rp1 juta. Nama-nama pemegang NFT ini akan ditulis dalam prasasti logam yang diletakkan di area strategis di sekitar monumen.

“Dari dana yang terkumpul itulah pembangunan monumen “Sita Kepandung” ini dilaksanakan. Setelah tuntas, barulah Yayasan Kepeng atas nama publik menyerahkan monumen tersebut kepada Pemkot Denpasar,” papar Anta.

Lanjut Rahman Desyanta, secara spesifik, “Sita Kepandung” yang menjadi tajuk monumen yang akan dibangun di Kawasan Simpang Enam, Dauh Puri, Kecamatan Denpasar Barat, adalah nukilan dari Aranyaka Kanda, bab ketiga dari Epos Ramayana yang sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Bali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak