Terkait mencegah kerumunan juga, pihak keluarga tidak melibatkan Krama adat untuk ngiring, atau ikut ngaben.
"Pada tahun 1962 itu melibatkan 2.500 sane nyarengin. Namun karena pandemi, bukan kami menolak, sampai saat ini prosesi masih ngeraga," ungkapnya.
Sementara sang menantu, Ida Bagus Wesnawa menyebut upacara ini sekaligus menjadi momentum edukasi kepada generasi muda internal Puri maupun masyarakat umum, bahwa ada adat istiadat yang patut kita jaga kelestariannya.
Ia juga berharap ada sinergi antara pemerintah bersama Krama adat untuk menjaga kearifan lokal di tengah aturan-aturan pembatasan kegiatan sosial akibat pandemi. Sehingga ada jalan tengah agar adat di Bali tetap berjalan, juga selaras dengan kebijakan pemerintah.
Hai sudarma mengatakan acara ini termasuk telah mengalami penyederhanaan dibandingkan gelaran masa lampau, namun tidak menghilangkan pakem dari esensi upacara itu sendiri.