SuaraBali.id - Pasca ditemukan belasan sekolah dengan guru dan siswa yang positif covid-19 di Denpasar, penerapan protokol Kesehatan (prokes) diminta semakin ketat.
Hal ini diungkapkan oleh Komisioner Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Bali Bidang Pendidikan dan Kebudayaan I Kadek Ariasa. Ia meminta memperketat pengawasan terkait protokol kesehatan terhadap anak-anak pascatemuan kasus positif COVID-19 di 19 sekolah di Kota Denpasar.
Seperti diketahui, Satgas Penanganan COVID-19 Kota Denpasar mencatat 31 siswa SD dan SMP serta enam guru yang terjangkit COVID-19. Hal ini berimbas 19 sekolah langsung menghentikan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk sementara sebagai upaya mencegah penularan COVID-19.
Selain itu Kadek Ariasan meminta agar masyarakat tidak euphoria dengan kondisi saat ini dan mengabaikan prokes. Karena saat ini terlihat tidak banyak ada kasus COVID-19.
Menurutnya, pembelajaran secara daring maupun luring tidak terlalu berpengaruh akan peluang penularan dan terpapar asal ketat dengan Prokes COVID-19 yang disiplin dan ketat, baik saat di rumah, di sekolah hingga kembali pulang ke rumah.
"Hal ini berlaku bukan hanya pada anak-anak, tetapi paling penting para orang tua, para guru dan masyarakat karena mereka-lah sumber utama peluang penularan karena mobilitas yang tinggi. Jadi, PTM atau daring sangat tergantung kesadaran penerapan prokes seluruh pihak dan mengerti akan dampak risiko kondisi pandemi saat ini," katanya.
KPPAD Provinsi Bali selanjutnya akan berkoordinasi dengan Disdikpora dan DP3AP2KB Kota Denpasar serta stakeholder Perlindungan Anak lainnya sebagai pelaksana PA, termasuk yang ada di kabupaten/kota lainnya, untuk melakukan berbagai langkah dan upaya yang konkret mencegah penyebaran dan penularan lebih luas.
Selain itu, pihaknya juga menyatakan dukungannya ke Pemerintah Provinsi Bali hingga Kabupaten/Kota dalam melakukan tracing secara acak untuk memastikan data real tingkat kesehatan anak-anak dan masyarakat yang berpeluang terpapar sebagai orang tanpa gejala.
"Apalagi saat ini ada berita yang bisa menimbulkan kekhawatiran dengan adanya potensi varian baru yang sudah diumumkan oleh WHO yang berpeluang sangat mudah menularkan satu sama lain. Kami mengkhawatirkan bisa terjadi penyebaran dan klaster lainnya kalau banyak dari kita abai terhadap prokes COVID-19," katanya. (ANTARA)