Jelang Hari Raya Galungan, Kadinkes Bali Khawatirkan Potensi Covid-19 Gelombang Ketiga

Ia meminta ketika berkumpul bersama keluarga waktu dipersingkat. Kemudian menggunakan masker setelah makan-makan dan jaga jarak.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 02 November 2021 | 16:44 WIB
Jelang Hari Raya Galungan, Kadinkes Bali Khawatirkan Potensi Covid-19 Gelombang Ketiga
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya (beritabali)

SuaraBali.id - Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya menyebut lonjakan kasus Covid-19 atau gelombang tiga bisa terjadi kapan saja. Ia pun mengingatkan masyarakat menjelang hari Raya Galungan beberapa hari ke depan agar jangan abai terhadap protokol Kesehatan (prokes).

Meski saat ini di Bali sudah terbentuk herd immunity atau kekebalan kelompok. Capaian vaksinasi Covid-19 di Bali untuk dosis pertama sudah di angka 100,34 persen dan dosis kedua 86,57 persen.

"Gelombang berikut bisa terjadi kapan saja, kita engga tahu karena virus bisa bermutasi. Tapi kita berharap tak terjadi," katanya di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali, Selasa 2 November 2021.

Menurutnya lonjakan kasus bisa terjadi karena sampai saat ini virus masih ada. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya kasus penularan Covid-19 tiap hari.

Lonjakan kasus juga bisa terjadi jika masyarakat abai dan berkerumun tanpa menggunakan masker. Untuk itu ia mengimbau masyarakat tetap menjaga prokes. Apalagi pekan depan ada perayaan Hari Raya Galungan.

"Minggu depan kan ada galungan ya, pasti ada kerumunan dan di masing-masing keluarga ngelawar berkumpul. Biasanya yg kumpul tak pakai masker, ini yang perlu dipahami semua. Oke lah ngumpul bareng tapi saya imbau pakai masker," kata dia.

Ia meminta ketika berkumpul bersama keluarga waktu dipersingkat. Kemudian menggunakan masker setelah makan-makan dan jaga jarak.

"Jangan sampai ada lagi klaster upacara dan hari raya," katanya.

Menurutnya, jika lonjakan terjadi yang paling terdampak adalah tenaga kesehatan. Sebab berkaca pada kasus sebelumnya, nakes sampai kewalahan dan oksigen langka.

"Ini benar-benar situasi menyulitkan bagi nakes. Kita berharap tak terulang lagi, kejadian lalu jadi pembelajaran," kata dia.

Terkait kekebalan kelompok, ia menambahkan vaksinasi bukan segalanya. Sebab vaksin hanya bisa melindungi 80 persen.

Untuk melindungi 100 persen maka harus diikuti dengan prokes ketat.

Untuk mengantisipasi, pihaknya saat ini gencar melakukan vaksinasi, terutama untuk lansia di pedesaan. Sebab angka kematian dan yang dirawat di ICU adalah para lansia yang belum divaksin.

Semua pihak, kata Suarjaya, dikerahkan untuk menyisir lansia yang belum divaksin. Terutama di kawasan pedesaan di Gianyar dan Bangli karena angka vaksinasinya baru 60 persen.

"Rata-rata yang gejala berat tak divaksin dan ortu. Saya terus mendorong mengajak ortunya diajak vaksinasi," kata dia.

KONTRIBUTOR : Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini