Cerita Rakyat Bali Jayaprana dan Layonsari, Simbol Cinta Abadi

Kisah ini juga telah turun-temurun diceritakan sebagai tanda sakralnya cerita rakyat tersebut.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 28 Oktober 2021 | 08:10 WIB
Cerita Rakyat Bali Jayaprana dan Layonsari, Simbol Cinta Abadi
Cerita rakyat Bali Jayaprana dan Layonsari. (Youtube/Dongeng Kita)

“Ampun, Baginda! Hamba bukan bermaksud untuk menolak titah Baginda. Hamba ingin menikah, tapi bukan dengan dayang-dayang istana. Jika diperkenankan, izinkanlah hamba untuk mencari calon istri hamba di luar istana ini,” kata Jayaprana.

“Baiklah Jayaprana jika itu yang kamu inginkan. Aku pun tidak akan menghalangimu untuk memilih calon istri yang sesuai dengan pilihan hatimu,” jawab Raja Kalianget.
Bertemu Layonsari

Mendapat persetujuan tersebut, pada keesokan harinya Jayaprana berjalan-jalan ke pasar yang terletak di depan istana. Setiba di pasar, ia sengaja duduk di depan pasar sambil memperhatikan gadis-gadis yang lewat di depannya. Tak berapa lama kemudian, tampak dari kejauhan seorang gadis berjalan melenggang dengan mengenakan pakaian cukup sederhana.

Gadis itu memiliki paras yang cantik serta senyum yang manis dan mempesona. Si gadis berjalan menuju ke pasar sambil menunduk malu-malu dan matanya sesekali melirik ke sekelilingnya. Jayaprana pun terpana saat melihat gadis yang cantik jelita itu.

Baca Juga:Petugas Gencar Keliling Malam Hari Data Duktang di Denpasar

Cerita rakyat Bali Jayaprana dan Layonsari. (Youtube/Dongeng Kita)
Cerita rakyat Bali Jayaprana dan Layonsari. (Youtube/Dongeng Kita)

“Oh, gadis itu sungguh cantik dan mempesona. Siapakah perempuan itu dan dari mana asalnya?” Tanyanya dalam hati.

Kecantikan gadis itu benar-benar memikat hati Jayaprana. Pandangannya terus mengikuti gadis itu sampai lewat di depannya. Sementara itu, si gadis cantik yang merasa diperhatikan tiba-tiba mengalihkan pandangannya kepada Jayaprana.

Sepasang mata pun bertemu seakan saling menyapa dan saling bicara. Walaupun tak ada kata-kata yang terungkap, keduanya berbicara dengan bahasa jiwa. Tak dapat dipungkiri ungkapan rasa cinta dengan bahasa jiwa memang jauh lebih jujur, tulus, dan apa adanya. Begitulah yang dirasakan oleh Jayaprana dan gadis itu.

Pandangan pertama itu telah membuat mereka saling jatuh hati. Meski demikian, Jayaprana sebagai anak muda tentu berharap cintanya tidak kandas di tengah jalan. Demikian pula yang dirasakan oleh gadis itu.

Maka ketika Jayaprana melemparkan senyum kepada sang gadis, gadis itu pun membalas dengan senyuman manis. Ternyata cinta keduanya gayung bersambut, cinta mereka terjalin erat di lubuk hati yang paling dalam.

Baca Juga:Sukmawati Soekarnoputri Pindah Agama ke Hindu

Setelah gadis itu berlalu dan menyelinap di balik keramaian orang di dalam pasar, Jayaprana segera mencari informasi perihal gadis itu kepada orang-orang di sekitarnya. Gadis itu bernama Layonsari, putri Jero Bendesa dari Banjar Sekar. Ia pun bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada Raja Kalianget. Mendengar laporan itu, Raja Kalianget segera menulis sepucuk surat untuk Jero Bendesa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini