SuaraBali.id - Bisnis kuliner menjadi andalan ketika Bali tengah digempur dengan pandemi Covid-19 dan industri pariwisata lumpuh. Seperti yang dilakukan Made Agus Cahya Diarta (25) yang sukses mengembangkan usaha kuliner tradisional Bali yaitu makanan cepat saji berupa lontong sate lawar kelungah.
Made Agus mengembangkan usahanya di Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Jembrana, Bali. Upayanya ini merupakan buah kreatifitasnya setelah ia dirumahkan dari tempat bekerjanya.
Saat itu ia pulang tanpa modal dan mencoba merambah usaha kuliner.
Produk buatannya adalah lontong lawar kelungah sate (lontong, sate lilit ikan laut, lawar dari bahan kelungah, kuah daging ayam, kerupuk) dengan harga 10 ribu per porsi. Ia menggeluti usaha ini sekaligus memasak dan menikmatinya.
Usahanya ini dimulai dengan pinjaman bank sebesar Rp10 juta.
"Hanya modal dari mulut ke mulut usaha yang digeluti ini mencuri perhatian publik. Gimana tidak, berawal dari teman ke teman itu melahirkan bahasa kuliner tradisional yang tak akan punah," ungkapnya.
Ia juga mejelaskan, racikan ini tak sulit dicari bahan dan mudah didapatkan di pasar tradisional. Bahkan memanfaatkan hasil laut juga. Pembelian bahan cuman 150 ribu yang dibeli untuk kelengkapan selama 2 hari itu sudah menjadi modal dalam usaha kuliner.
"Ibu Ketut Sudiarti yang berawal berjualan krepes di stand twin tower setiap hari Minggu sebelum pandemi, harus gulung tikar. Akan tetapi kini dikendalikan Made dengan ketekunan dan mencari peluang usaha," katanya.
Bapaknya yang menjadi pelatih kreativitas seni yang memiliki Padukahan Seni Tibubunter dikenal memang melahirkan anak-anak berbakat. Kini dibuktikan dengan anaknya sendiri.
Hasil berjualan lontong lawar kelungah sate ini menjadi tren di kalangan para pencinta kuliner khas Bali. Selain menjual sajian makanan juga menjual krepes, ada juga kenteng goreng dan sosis.
Lahan rumah yang dijadikan tempat nongkrong dari kaum muda bahkan orangtua, sehingga memanfaatkan ruang yang ada sekitar rumah.
Made juga mengatakan, dengan omzet per-bulan Rp700 ribu hingga Rp1 juta bisa untuk modal bahkan mencicil utang bank. Ia mengaku Kesulitan saat PPKM yang mengakibatkan sempat tidak buka. Namun, ia tidak putus asa, dengan melayani orderan siap antar.
"Modal 10 juta itu juga digunakan membeli investasi barang untuk kelengkapan usaha. Ada sedikit kenangan masa pandemi ketika dirumahkan selayaknya pemerintah melakukan pencerahan terutama yang dirumahkan. Apalagi di Bali sebagian besar adalah pelaku pariwisata. Kejelian pemerintah layaknya bisa membantu bidang usaha seperti sekarang ini," tegasnya.
Mengakhiri ceritanya, sebagai anak muda tak harus menuntut tapi lakukan usaha selagi kita bisa dan mampu, jangan putus asa perjalanan hidup itu masih panjang dan butuh perjuangan.