SuaraBali.id - Sejarah masyarakat Bali tak bisa dilepaskan dari salah satu tragedi tragis dan mengerikan yang terjadi di wilayah Badung, Bali di bulan oktober 2005. Peristiwa itu adalah Bom Bali II.
Bom Bali II adalah serangkaian aksi teror bom yang terjadi di pulau dewata untuk kedua kalinya setelah tahun 2002. Bom Bali pertama terjadi pada 1 Oktober 2005 sebanyak tiga kali, satu terjadi di daerah Kuta dan dua di daerah Jimbaran.
Saat Bom Bali II meledak dan kembali menggemparkan dunia, tidak ada orang atau kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Setelah beberapa hari, Ansyaad Mbai sebagai Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Polhukam mengumumkan bahwa kejadian itu adalah bom bunuh diri yang dilakukan oleh tiga orang yaitu Muhammad Salik Firdaus, Misno dan Ayib Hidayat.
Polisi juga menetapkan bahwa tersangka pengeboman adalah dua orang warga negara Malaysia bernama Azahari bin Husin dan Noordin M. Top.
Latar belakang peristiwa bom bali pertama adalah berkaitan dengan penyebab perang Afghanistan dan sejarah perang Afghanistan. Begitu juga dengan sejarah bom bali 2005 yang tidak jauh berbeda, yaitu menyasar para warga asing.

Sejarah bom bali pada 2005 terjadi pada tiga lokasi terpisah yaitu Kafe Nyoman, Kafe Menega, dan Restoran R.AJA’s di Kuta Square. Menurut Ansyaad Mbai, bukti – bukti awal menunjukkan tanda bahwa paling tidak ada tiga orang pengebom bunuh diri dalam serangan ini yang mirip dengan modus operandi pengeboman tahun 2002.
Bukti bom bunuh diri didapatkan dari serpihan ransel dan tubuh manusia yang hancur, namun ada juga kemungkinan bahwa ransel–ransel itu telah disembunyikan sebelum diledakkan.
Komisioner Polisi Federal Australia, Mick Keelty menyatakan bahwa jenis bom yang digunakan berbeda dari ledakan sebelumnya karena kebanyakan korban meninggal terluka akibat serpihan tajam atau shrapnel, dan bukan karena ledakan kimia.
Hasil sinar X yang ditunjukkan oleh pejabat medis memperlihatkan ada benda asing yang digambarkan sebagai ‘pellet’ di dalam badan korban, juga ada korban luka yang melaporkan adanya bola bearing yang masuk ke bagian belakang tubuhnya.
Bom Bali 2005 di restoran Raja dimulai pada Sabtu tanggal 1 Oktober 2005 sekitar pukul 19.25 WITA ketika ledakan keras terjadi di Raja Restaurant di Kuta Town Square. Restoran langsung hancur berantakan, lantai dasar hancur, begitu juga dengan lantai dua sedangkan lantai tiga tampak masih utuh.
15 menit setelah ledakan warga yang berdekatan dengan lokasi langsung berdatangan untuk memberikan pertolongan pertama bagi para korban. Pukul 20.15 WITA ambulans mencapai lokasi dan pukul 21.05 WITA ditemukan korban tewas. Sebelumnya telah terjadi dua ledakan di pantai Jimbaran.
Sejarah Bom Bali 2005 mencatat adanya 23 orang korban tewas yang terdiri dari 15 orang warga Indonesia, satu orang warga Jepang, dan 4 orang warga Australia diluar ketiga para pelak pengeboman. Menurut Ansyaad Mbai, serangan ini memiliki ciri khas berupa serangan jaringan teroris Jamaah Islamiyah sebagai organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda dan telah mengebom hotel Marriott Jakarta pada 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 2004, Bom Bali 2002, dan pengeboman di Jakarta pada 2009.
Kelompok teroris ini memiliki ciri khas untuk melakukan serangan secara beruntun dan bertepatan waktu seperti pada peristiwa 11 September 2001. Pada tanggal 10 November 2005 nama – nama pelaku diumumkan oleh Polri yaitu:
Muhammad Salik Firdaus – Asal Cikijing, Majalengka, Jawa Barat dan pelaku peledakan Kafe Nyoman. Misno atau Wisnu – Berusia 30 tahun, merupakan pelaku pengeboman Kafe Menega dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah.