SuaraBali.id - Keunikan pakaian adat Bali jadi salah satu ciri khas Indonesia. Pakaian adat merupakan kostum yang merepresentasikan identitas suatu suku yang dikaitkan dengan wilayah geografis dan sejarah yang dapat menunjukkan status sosial hingga perkawinan.
Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam pakaian adatnya masing-masing, tak terkecuali suku adat Bali.
Busana adat Bali merupakan pakaian khas dari daerah Bali dengan konsep dasarnya Tria Angga, yang terdiri dari Dewa Angga merupakan busana yang dikenakan mulai dari leher hingga kepala, yaitu udeng atau ikat kepala.
Manusa Angga, merupakan busana yang digunakan mulai dari atas pusar sampai leher, yakni baju, kebaya, dan saput.
Baca Juga:Upacara Adat Bali Ngaben: Jenis, Tujuan dan Tata Cara
Kemudian Butha Angga yang merupakan busana yang digunakan mulai dari pusar sampai ke bawah, yakni kamen atau kain.
![Artis Pakai Baju Adat Bali. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/08/17/68834-artis-pakai-baju-adat-bali.jpg)
Busana adat Bali terbagi atas busana adat untuk laki-laki dan busana adat untuk perempuan.
Busana adat Bali untuk laki-laki terdiri dari Udeng (Ikat kepala), baju, selendang di bagian pinggan, kampuh dan kamen (sarung).
Busana adat Bali untuk perempuan terdiri dari tata rambut yang rapi, kebaya, selendang, dan kamen.
Selain itu pakaian adat Bali dibedakan berdasarkan strata sosial dari masing-masing orang yang mengenakan pakaian tersebut dengan makna yang berbeda di setiap pakaiannya
Baca Juga:Daftar Upacara Adat Bali, Ngaben Hingga Ngerupuk
![Artis Pakai Baju Adat Bali. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/17/55835-artis-pakai-baju-adat-bali.jpg)
1. Payas Agung
Penggunaan Payas Agung pada zaman dahulu hanya dikenakan oleh kalangan dengan tingkatan paling tinggi.
Kata Payas sendiri memiliki makna riasan, dan agung yang artinya besar atau mewah sehingga dapat diartikan sebagai pakaian yang mewah.
Ciri utama Payas Agung adalah adanya perpaduan seperti warna merah, putih, dan emas. Payas Agung biasanya hanya digunakan dalam acara perkawinan.
Pakaian adat ini memiliki arti dan filosofi yang baik dalam menempuh kehidupan perkawinan. Penggunaan mahkota dalam Payas Agung pengantin adalah hal yang paling disucikan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Gede Prayitna Dewi dari Universitas Hindu Indonesia yang berjudul "Simbol Trimurti Dalam Payas Agung Pengantin Bali" Simbol Trimurti tersebut di dapat dari hiasan kepala yang meggunaan Cempaka Kuning sebagai lambang Dewa Brahma, Cempaka putih merupakan lambang Dewa Siwa, dan kenanga sebagai lambang Dewa Wisnu.