SuaraBali.id - Peternak kaya mendadak setelah tikus dan cicak bisa dimakan. Bahkan harga tikus dijual Rp 111 ribu perkilogram.
Bahkan si peternak membuat peternakan tikus dan cicak. Kejadian ini di Thailand. Kisah peternak kaya mendadak itu datang dari pria bernama Chalermphon Saothong. Menyadur World of Buzz, dia mendirikan operasi pembiakan tikus di provinsi Surin, Isaan d Thailand.
Satu kilogram tikus segar dari peternakan Saothong dihargai RM19 atau sekitar Rp 66 ribu, sementara satu kilogram tikus yang mati berharga RM32 atau setara Rp 111 ribu. Percaya atau tidak, peternakan tikus menerima setidaknya 300 kg pesanan setiap bulan yang membawa keuntungan hampir RM10,000 atau nyaris Rp 35 juta!
Selain membiakkan tikusnya sendiri, Saothong dan timnya juga membeli tikus dari penduduk setempat seharga RM6,58 atau Rp 24 ribu per ekor.
Baca Juga:Sukses Deteksi 71 Ranjau, Tikus Magawa Masuki Masa Pensiun
Sawanapa Puemmee adalah pelanggan setia dari peternakan dan memuji Saothong karena tikusnya yang terjangkau dan berkualitas tinggi. Dia juga sering menikmati daging tikus bersama keluarganya.
Tikus bukan satu-satunya yang dijual dengan harga selangit. Sebelumnya netizen Thailand juga pernah mengiklankan cicak dan tokek di Facebook dan bersedia membayar membayar tinggi untuk hewan melata itu.
Lentivanon, salah satu pengusaha cicak berhasil menjadi jutawan berkat jualan hewan merayap ini. Tumpukan cicak kering dijual ke bos lokal yang berasal dari China dan kemudian diekspor untuk dijadikan obat.
Usahanya berkembang dengan pesat dan Lentivanon mulai membuat halaman di Facebook untuk memperluas bisnisnya. Dari seorang pria yang hanya memiliki 1 sepeda motor, ia kini berubah menjadi jutawan.
Cicak-cicak itu banyak dicari dan memiliki harga yang cukup fantastis, mulai 300 baht (Rp 138.000) per kg, atau 300.000 baht (Rp 138,5 juta) per ton.
Baca Juga:Legenda Men Brayut Besarkan 18 Anak, Kisah Perempuan Kuat Bali
Berkat promosi gencarnya, kini banyak warga Thailand yang berburu cicak dan menjadikannya sebagai ladang usaha baru.