3. Payas Alit
Payas Alit merupakan baju atau pakaian tradisional yang sering digunakan masyarakat Bali untuk sembahyang ke Pura.
Payas Alit seperti namanya Alit yang dalam bahasa Bali dan Jawa berarti kecil atau sederhana, bisa diartikan Payas Alit merupakan busana yang sederhana.
Payas Alit biasanya digunakan untuk kegiatan seperti melakukan bersih bersih ke pura, atau membantu tetangga jika mempunyai acara keagamaan.
Baca Juga:Telah Beristri dan Begal Payudara Pesepeda di Kemayoran, HP Tak Kuat Tahan Nafsu
Terlepas dari ketiga pakaian adat diatas yang fungsinya banyak digunakan untuk acara keagamaan, Perempuan Bali kuno yaitu pada tahun 1950-an pakaian pakaian adat wanita Bali tak mengenal penutup dada.
Hal tersebut bukan suatu hal yang asal diterapkan, kesengajaan wanita Bali bertelanjang dada memiliki arti khusus secara kultural sebagai ekspresi kejujuran dimana wanita Bali dapat menjaga apa yang dimilikinya.
Kemudian pada tahun 1484 untuk memproteksi moral Belanda yang bertugas di Bali saat itu, istri-istri pangeran Bali mengenakan baju dan menjadi inspirasi berpakaian yang pantas.
Peraturan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah Kolonialisme Belanda di Buleleng, Bali.
Secara menyeluruh kebiasaan wanita Bali tanpa pakaian berakhir pada 1990an
Baca Juga:Menegangkan! Detik-detik Pemobil Kejar Pelaku Begal Payudara hingga Ketangkap
Sumber: Disbud Tabanan, Sajiwani,
Kontributor : Kiki Oktaliani