SuaraBali.id - Rocky Gerung mengkritik aksi Moeldoko kudeta Partai Demokrat sebagai aksi tak etis. Sebab Moeldoko pernah diberikan jabatan oleh SBY atau Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi presiden.
Hal itu dia katakan saat menyoroti pengakuan eks panglima TNI Gatot Nurmantyo pernah ditawari posisi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dengan cara Kongres Luar Biasa Partai Demokrat atau KLB Partai Demokrat.
Rocky Gerung membandingkan antara sosok Gatot Nurmantyo dengan Moeldoko yang belum lama ini ditetapkan sebagai ketua umum versi KLB di Deli Serdang, Sumatra Utara.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube miliknya pada hari Minggu, 7 Maret 2021 kemarin, Rocky Gerung mengkritik keras etika politik Moeldoko. Gatot Nurmantyo mengerti etika politik, sedangkan Moeldoko justru sebaliknya.
"Paling tidak, ada yang etis. Moeldoko dibesarkan oleh SBY, tapi mengudeta anaknya," bukanya.
Baca Juga:Bilang Mau Santet Moeldoko, Bupati Lebak Iti Octavia Akan Dilaporkan Polisi
"Kalau mau, (Moeldoko harusnya) kudeta SBY waktu itu. Pak Gatot Nurmantyo ngerti etika politik. Pemimpin itu harus mengerti etika politik," papar Rocky Gerung.
"Senang Gatot Nurmantyo akhirnya berkomentar. Orang tunggu Gatot Nurmantyo karena dia tokoh yang diincar istana, tapi dia mampu membaca negara ini defisit dalam etika politik. Moeldoko defisit paling besar," sambungnya.
Rocky Gerung kemudian mengungkit keberadaan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMMI) yang pada tahun 2020 lalu sempat menggema dan salah satunya dideklarasikan oleh Gatot Nurmantyo.
"KAMMI yang dipimpin Gatot Nurmantyo mengembalikan moral publik, etika publik. (Itu) yang harus kita banggakan," tutur Rocky.
Ia berpendapat bahwa meskipun sama-sama pernah menduduki jabatan tinggi di TNI, tetapi sikap Gatot Nurmantyo dan Moeldoko sangatlah berbeda. Untuk itu, Rocky memuji Gatot karena menurutnya teguh dengan prinsipnya serta enggan terbawa permainan politik.
Baca Juga:Jokowi Didesak Pecat Moeldoko, Ngabalin: Hak Presiden
Sebaliknya, Moeldoko ia nilai telah terbawa arus politik sehingga etika keprajuritannya pun tiba-tiba lenyap.
"Padahal sama-sama mantan TNI panglima, dididik di dalam etika keprajuritan yang punya intergritas. Tapi mengapa yang masuk istana etika keprajuritan tiba-tiba lenyap," sindirnya pada Moeldoko.
"Sementara Gatot Nurmantyo yang justru diincar istana gak mau menyerah dalam etika keprajuritan. Beliau ngerti prinsip kesaptamargaan. Bahwa harus lurus tidak boleh menjadi permaian politik," pungkas Rocky Gerung.