SuaraBali.id - Bupati Jembrana terpilih, I Nengah Tamba yang siap menjabat periode 2021 - 2024 adalah sosok lama di kalangan pemerintahan Provinsi Bali. Duduk sebagai anggota DPRD Bali kurun dua periode, perjalanan hidup beliau bisa menjadi wacana semangat mengarungi dunia dengan segala sisi manis dan pahitnya.
Dikutip dari BeritaBali.co.id, jaringan SuaraBali.id, lelaki ini lahir pada 22 Maret 1964, di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, putra dari I Ketut Muna dan Nengah Denri, Ia menjadi anak yatim saat masih berusia sekitar tiga bulan karena Sang Ayah meninggal.
Mulai usia satu tahun, I Nengah Tamba tinggal bersama bibinya, lantas di usia Sekolah Dasar pernah menjadi penjual es keliling bagi warga di kampung dan sekolahnya.
"Saat menjadi penjual es, ada satu kenangan yang masih melekat dalam ingatan. Yakni, menjadi pembeli es yang dijual sendiri," kenangnya.
Baca Juga:Lewat "Free Covid Corridor", Bali Bersiap Kembali Terima Turis Asing
Pasalnya es yang dijual adalah milik orang lain, bukan dibuat sendiri. Agar tidak rugi, maka ia membeli sendiri agar ada uang setoran pada pemilik es.
Di luar kegiatan menjadi calon pebisnis serius, selain menjajakan es, I Nengah Tamba menjadi pencari batu di sungai untuk dijual saat duduk di bangku Sekolah dasar hingga SMP Budisastra Manistutu, salah satu sekolah swasta yang sudah lama tutup.
Mengapa di usia belia itu ia sudah menyingsingkan lengan?
Pasalnya tidak ingin terlalu membebani bibinya. Apalagi beliau telah berjasa membesarkannya sedari kecil. Uang yang didapat ini bisa digunakan sebagai tambahan uang kebutuhan sekolah secara mandiri.
Hampir lulus SMP, I Nengah Tamba bergaul dengan buruh proyek dari Jakarta yang mengerjakan Jalan Denpasar – Gilimanuk.
Baca Juga:Usulan Tes Rapid Antigen dan Tes Swab Gratis, Ini Tanggapan Provinsi Bali
Para perantau yang tinggal di kos dekat rumahnya sering menceritakan orang-orang sukses di Jakarta. Cerita dari pekerja proyek itu, menjadi motivasi untuk lebih giat lagi bekerja agar kemudian hari menjadi sukses.
Dari bisnis es dan batu kali, kini penyewaan kaset
Lulus SMP, I Nengah Tamba merantau ke Kota Buleleng, Singaraja, yang jauhnya berbilang jam menggunakan kendaraan umum dari Negara. Ia bersekolah di SMA Negeri 1 Singaraja.
Jiwa entepreneur terasah ia kini menyewakan kaset video berbagai film yang diambil dari penyewaan di Denpasar. Untung yang ditangguk cukup besar, karena saat itu, biaya sewa di depnasar adalah Rp1.000 per dua minggu. Sementara di Singaraja ia menggunakan durasi penyewaan harian.
Karena krap ke Denpasar, I Nengah Tamba kerap meminjam dan mengembalikan kaset sembari membaca buku yang ada di lokasi penyewaan. Favoritnya adalah serial komik silat karya Asmaraman Kho Ping Hoo, Strategi Perang Sun Tzu, serta Di Bawah Bendera Revolusi karya Bung Karno.
I Nengah Tamba pun lulus SMA, serta melanjutkan kuliah di Universitas Udayana, Fakultas Hukum.
Serunya, dengan bakat yang terus terasah, sembari kuliah I Nengah Tamba bekerja di sejumlah tempat sebagai manajer. Setelah lulus, ia bekerja beberapa tahun di salah satu perusahaan advertising di Surabaya, Jawa Timur.
Lantas dari hasil merantau di Kota Pahlawan ini, ia merintis usaha sendiri di bidang advertising di Denpasar mulai 1998.
Berpindah karya ke partai politik
Dari sukses yang diraup di bidang advertising, I Nengah Tamba yang berprofesi sebagai pengusaha pun melankah ke dunia politik.
Pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Bali dari partai PNBK pada 2004, namun mengalami kegagalan, I Nengah Tamba pantang surut semangat dan masuk menjadi anggota Partai Demokrat pada 2006.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi calon anggota DPRD Bali dari Partai Demokrat dan berhasil terpilih.
Lantas menjadi ketua fraksi Partai Demokrat, terpilig lagi pada 2014 dan menjadi ketua komisi III DPRD Provinsi Bali.
Pada pileg 2019, I Nengah Tamba menjadi calon legislatif DPD Bali untuk ketiga kalinya.
Kembali, belum saatnya ia memenangkan pemilihan itu.
"Waktu di DPRD Bali, saya banyak membawa bansos untuk masyarakat. Tetapi bansos yang saya bawa bukan alat untuk mencari suara agar terpilih lagi, karena saya yakin itu hak rakyat. Karena tidak pernah saya mengkonversikan hibah menjadi suara itulah saya kalah," tandasnya.
Lantas setelah proses panjang pada 2020, termasuk intrik politik yang menyakitkan, I Nengah Tamba yang berpasangan dengan I Gede Ngurah Patriana Krisna memenangkan Pilkada.
"Kemenangan ini merupakan kemenangan rakyat. Berkah dari Tuhan yang harus disyukuri, bukan dibanggakan hingga membuat kita jumawa," pungkasnya.