SuaraBali.id - Semenjak Presiden Jokowi meminta masyarakat untuk lebih aktif memberikan kritik ke pemerintah, muncul beragam tanggapan di media sosial.
Musisi Iwan Fals pun tak ketinggalan diminta pendapat soal ajakan Jokowi itu. Ini terlihat dari cuitan yang dibagikan di Twitter pribadinya, Rabu (11/2/2021).
Pelantun lagu Bento itu tampak meladeni pertanyaan seorang warganet yang meminta tanggapan darinya.
Si warganet pemilik akun @LoebisSyar**f menanayakan seumpama pemerintah menerapkan kebijakan keliru, apakah Iwan Fals akan bereaksi atau tidak.
Baca Juga:Perintah Presiden Jokowi : Proyek Kereta Api Sulsel Harus Selesai
"Andaikan ada yang salah kebijakan pemerintah, om @iwanfals berani tidak mengkritik ataupun memberi masukan kepada pemerintah???" tanyanya.
Tak butuh waktu lama, pertanyaan itu ditanggapi Iwan Fals. Dia memberikan respons bernada satire.
"Ya beranilah asal lo angkat dulu gue jadi dpr..ups keceplosan dah..," balasnya ditutup emoji bermasker.
Balasan itupun memancing atensi warganet lain. Ada yang berkomentar, "Dulu sampeyan bukan anggota DPR tapi berani bikin lagu kritik. Sekarang koq alasannya harus duduk di DPR dulu?".
Mendapat pertanyaan itu, pemilik nama asli Virgiawan Listanto memberikan balasan kocak.
Baca Juga:Utusan Presiden Jokowi : Proyek Kereta Api Sulsel Kacau, Tidak Selesai
"Hehe dulu belom ada internet," kata dia.
Presiden Jokowi Minta Masyarakat Aktif
Presiden Joko Widodo meminta masyarakat lebih aktif memberi kritik kepada Pemerintah guna meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Dalam kesempatan yang sama, mantan Wali Kota Solo itu juga menilai, pelayanan publik di Indonesia menunjukkan banyak perbaikan. Namun, ia ingin perbaikan kian dilakukan secara masif.
Pernyataan Jokowi itu menuai sorotan. Salah satunya pengamat politik pengamat politik Rocky Gerung.
Rocky Gerung memberi balasan menohok dengan menyebut pernyataan tersebut bagian dari permainan dua muka karena menurutnya Presiden Jokowi masih bersembunyi di balik kebohongan komunikasi publik.
Komentar keras Rocky Gerung tersebut disampaikan dalam sebuah video berjudul "PRESIDEN JOKOWI MINTA DIKRITIK, PERMAINAN DUA MUKA" yang dibagikan lewat saluran YouTube miliknya, Selasa (9/2/2021).
Rocky Gerung menyinggung sosok eks Menteri KKP Susi Pudjiastuti dan Menko bidang Ekonomi dan Industri masa pemerintahan Gus Dur yakni Kwik Kian Gie soal kebebasan berpendapat di Indonesia sekarang ini.
"Itu kalau orang Betawi baca headline itu, presiden minta dikritik, komentarnya 'muka gile lu'. Cara orang Betawi membalikkan fakta selalu ada lucunya, tepat sasaran. Seolah presiden gak paham tentang reason perkembangan terakhir kebeasan pers, politik oposisi," ujar Rocky Gerung seperti dikutip Suara.com.
"Kwik Kian Gie, Susi Pudjiastuti, melampaui presiden. Silakan kritik artinya boleh ngomong tapi dijamin kebebasan, tapi kami tidak jamin kebebasan," sambungnya,
Hersubeno Arief menimpali dengan bertanya apakah kebebasan berbicara hanya ada pada saat mengucapkan pernyataan saja. Selebihnya belum tahu akan bagaimana.
"Jadi bebasnya pada waktu ngomong?" tanya Hersubeno Arief.
"Setelah ngomong, kebebasannya diambil. Ditunggu UU ITE, Bareskrim, ditunggu oleh putusan pengadilan. Itu paradoks, memberi sinyal bahwa kami tidak antikritik, pada waktu yang sama suruh perkarakan. Jadi itu pikiran yang kata orang muke gile lu," timpal Rocky Gerung.
Rocky Gerung kemudian menambahkan, sebenarnya Presiden Jokowi seolah memberi sinyal bahwa dia ingin mendapatkan kritik kecuali dari kalangan radikal.
Kata dia, telinga Jokowi hanya ingin memperoleh kritik yang ujungnya berakhir dengan pujian.
"Kalau konsisten (minta warga aktif kritik), dia (Presiden Jokowi) harus bicara depan publik, di belakangnya ada pimpinan negara dan mengumumkan tahanan politik tidak boleh diadili, harus segera dibebaskan," tegas Rocky Gerung.
"Buzzer masih melakukan pembullyan," sambungnya.
Rocky Gerung lantas menyinggung Presiden Jokowi yang di mata dia mampu menyembunyikan dendam dengan baik melalui kata-kata "kritik kami".
"Padahal dendamnya itu dia delegasikan pada buzzer dan tokoh-tokoh yang membenci oposisi. Ini permainan dua muka yang berbahaya, sinyalnya bisa palsu. Ngapain presiden bersembunyi di balik kebohongan komunikasi publik," terang Rocky Gerung.
"Saya menganggap orang-orang di belakang statement bikin evalusasi dan sodorkan 2 kalimat. Begitu pidato, catatannya 'kami tidak antikritik'. Padahal presiden betul belum siap dengan psikologinya karena pas dia bilang gitu pada ketawa," tandasnya.