Anak SMP Bunuh Diri Stres Tak Dibelikan Motor, Ortu Cerai, Mau Ketemu Bapak

Selain itu, Adeng juga sangat ingin bertemu dengan ayahnya.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 04 Februari 2021 | 17:51 WIB
Anak SMP Bunuh Diri Stres Tak Dibelikan Motor, Ortu Cerai, Mau Ketemu Bapak
Adang, anak SMP bunuh diri karena tak dibelikan motor. Adang adalah bocah berusia 14 tahun. (Beritabali)

SuaraBali.id - Adang, anak SMP bunuh diri karena tak dibelikan motor. Adang adalah bocah berusia 14 tahun.

Adang pelajar asal Dusun Suka Jaya, Desa Kadindi, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu.

Adeng ditemukan dengan kondisi leher yang terlilit tali nilon di dalam rumahnya pada Rabu, (3/2/2021) sekitar pukul 18.45 WITA.

Paur Subbag Humas Polres Dompu, Aiptu Hujaifah mengatakan, peristiwa itu pertama kali diketahui oleh neneknya, Sahri Ina Fajri (65 tahun) yang tinggal serumah dengan korban.

Baca Juga:Sulsel Darurat Kasus Bunuh Diri di Masa Pandemi, Ini Daftar Panjang Korban

Saat itu, nenek korban sedang memasak di dapur. Ia dikagetkan dengan suara yang jatuh di dalam rumah.

“Sampai di dalam rumah, Sahri Ina Fajri kaget, melihat cucunya dalam keadaan tidak bernyawa. Leher masih terlilit seutas tali nylon yang sudah putus," ungkap Hujaifah.

Kemudian sang nenek berteriak dan menangis, sehingga terdengar oleh tetangga.

Mendengar teriakan itu, warga sekitar langsung berdatangan dan membantu melepaskan ikatan tali dan mengangkat korban ke tempat tidur.

“Mendapat laporan itu, Personel Polsek Pekat melakukan oleh TKP. Pihak keluarga mengikhlaskan dan menolak untuk dilakukan visum,” katanya.

Baca Juga:Kronologis Dodi Dores Bunuh Diri, Gantung Diri di Pohon Jambu

Hujaifah menuturkan, Korban yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP diduga nekat mengakhiri hidupnya lantaran keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak bisa dipenuhi oleh ibu dan neneknya.

Selain itu, Adeng juga sangat ingin bertemu dengan ayahnya.

Bahkan hal itu sering ia tanyakan kepada ibunya dan selalu dijawab tidak tahu.

Sehingga korban mengalami depresi dan memilih mengakhiri hidupnya.

“Karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi, maka ibu dan neneknya belum bisa memenuhi keinginan korban,” katanya.

Korban selama ini tinggal bersama neneknya. Kedua orang tuanya sudah bercerai saat Adeng berusia 5 tahun. Dan sejak saat itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan ayahnya.

Beberapa hari sebelum kejadian, keluarga sering melihat korban duduk murung dan lebih banyak mengurung diri di dalam rumah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak