- Titiek Soeharto temukan beras di gudang Bulog Bali yang disimpan hampir setahun dengan kualitas lokal pecah-pecah
- Ia meminta Bulog segera mengeluarkan beras lama, dengan batas simpan maksimal 6 bulan dan di-mix.
- Titiek apresiasi rekor stok beras Bulog, tapi ingatkan agar kualitas lebih penting dari kuantitas.
“Sebentar lagi tahun depan, produksi beras ini akan meningkat banyak ya, jadi diperlukan tambahan Gudang – Gudang. Nah dana disediakan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Bapak presiden sudah mengalokasikan dana untuk pembuatan Gudang – Gudang baru,” urainya.
Titiek menyebut bahwa sepanjang Sejarah stok beras paling tinggi akhirnya telah dicapai. Titiek pribadi memberikan apresiasi tinggi kepada Bulog.
Meski demikian, Titiek menegaskan bahwa yang diperhatikan bukan hanya break stoknya, melainkan juga kualitas beras yang disimpan.
“Saya mau mengapresiasi Ka Bulog dan jajaran Bulog bahwa kita sudah sampai sekarang ada 3,8 stok berasnya,” ujar Titiek.
“Ini mungkin sepanjang Sejarah paling tinggi. Tapi perlu saya ingatkan, kita jangan mengejar break stoknya, supaya yang tertinggi sepanjang Sejarah, tapi harus diperhatikan kualitas daripada stok yang kita simpan itu,” sambungnya.
Sementara itu, sekretaris Utama Badan Pangan Nasional, Sarwo Edhy menyampaikan, perhatian Titiek Soeharto menjadi dorongan penting bagi seluruh pihak di ekosistem pangan untuk terus memperbaiki tata Kelola logistik dan distribusi pangan.
“Arahan ibu Titiek agar stok beras tidak terlalu lama disimpan merupakan masukan yang konstruktif dan selaras dengan Upaya Bapanas menjaga kualitas beras secara nasional. Perputaran stok maksimal enam bulan adalah Langkah ideal agar Masyarakat menerima beras dalam kondisi terbaik,” ujar Sarwo.
Sarwo menegaskan bahwa Bapanas terus memperkuat koordinasi dengan Perum Bulog dalam mempercepat penyaluran beras, baik melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun bantuan pangan.
Menurutnya, Langkah Bulog memperluas saluran distribusi hingga ke berbagai Kementerian, Lembaga, koperasi dan pemerintah daerah merupakan bukti nyata dari sinergi antara pemerintah pusat dan BUMN pangan dalam menjaga keseimbangan stok dan harga di lapangan.
Baca Juga: Beras Oplosan Hantui Bali, Ini Kata Pemerintah dan Pengusaha Ritel
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pantau Produksi dan Distribusi MBG 3B untuk Ibu Hamil di Kupang, Ini Temuan Wamen Isyana
-
Danantara dan BP BUMN Pastikan Kehadiran Negara Lewat 1.000 Relawan di Wilayah Terdampak Bencana
-
BUMN Peduli, BRI Terjunkan Relawan ke Daerah Bencana Sumatera
-
BRI Sigap Tangani Bencana Alam di Aceh, Sumut, dan Sumbar Bersama Danantara
-
Bali Larang Botol Plastik di Bawah 1 Liter, Pengusaha Panik