Eviera Paramita Sandi
Selasa, 28 Oktober 2025 | 21:00 WIB
ILUSTRASI - Tradisi Ngusaba Bukakak [Website Desa Sudaji]
Baca 10 detik
  • Tradisi Bukakak di Desa Sudaji, Buleleng adalah ritual adat tahunan yang digelar saat Purnama Kasa.
  • Ciri khasnya adalah persembahan babi guling setengah matang berbulu hitam legam dan kondisi sempurna.
  • Usai diarak, babi diolah jadi lawar dan masakan khas Bali untuk dibagikan merata kepada warga desa.

SuaraBali.id - Ketika cahaya bulan purnama menaungi Desa Sudaji di Buleleng, Bali sebuah ritual kuno kembali dihidupkan.

Udara dipenuhi aroma dupa yang menyatu dengan bau asap dari daun kelapa kering yang terbakar.

Ini bukan sekadar upacara biasa; ini adalah Tradisi Ngusaba Bukakak, sebuah persembahan agung yang mengikat seluruh desa dalam satu detak jantung spiritual.

Di pusat ritual ini ada seekor babi, namun bukan sembarang babi namun persembahan pilihan, berbulu hitam legam tanpa cacat sedikit pun, simbol kesempurnaan.

Diguling setengah matang, tubuhnya diikat erat pada bilah-bilah bambu, siap untuk diarak dalam sebuah prosesi yang sakral dan penuh semangat.

Ada dua yang disiapkan: bukakak alit (kecil) dan bukakak ageng (besar), masing-masing mewakili elemen berbeda dari desa.

Puncak prosesi terjadi di perempatan jalan, titik pertemuan energi kosmik.

Di sinilah kedua bukakak itu "diadu", diarak dengan kecepatan tinggi oleh para pemuda desa.

 Suasana menjadi magis ketika seorang warga membakar danyuh, menciptakan percikan api yang menari-nari di kegelapan, seolah memberkati arak-arakan dengan cahaya ilahi.

Baca Juga: Rahasia Makan di Jimbaran Murah : 3 Warung Ikan Bakar Dan Trik Beli Langsung di Pasar

Namun, Tradisi Bukakak tidak berakhir dalam api dan kecepatan.

Setelah prosesi usai, persembahan suci itu dibawa ke Pura Bedugul Maspahit.

Di sana, daging babi guling dibongkar, diolah dengan saksama oleh tangan-tangan terampil menjadi lawar dan hidangan khas Bali lainnya.

Inilah esensi sejati dari Bukakak: sebuah persembahan kepada para dewa yang kemudian kembali kepada masyarakat, dibagikan secara merata sebagai berkat komunal yang mempererat ikatan seluruh warga. Dari yang sakral, menjadi santapan bersama.

Load More