- Shin Tae Yong dipecat Ulsan HD usai dua bulan karena hasil buruk dan tuduhan kekerasan verbal.
- Shin Tae Yong membantah kekerasan verbal, menegaskan filosofi "kakak" dengan pemain.
- Ia kritik peremehan pengalaman melatih Timnas Indonesia, merasa bisa di enam besar K-League.
SuaraBali.id - Shin Tae Yong, baru-baru ini curhat soal masa-masa melatih Timnas Indonesia.
Konon, ia merasa diremehkan kala menukangi skuad Garuda. Agak ironis, mengingat karier terbarunya juga berakhir pahit.
Pelatih asal Korea Selatan ini baru saja 'ditendang' dari kursi kepelatihan Ulsan HD setelah hanya dua bulan menjabat sejak Agustus 2025.
Rentetan hasil buruk, dengan dua kemenangan dari sepuluh laga (empat seri, empat kalah), tentu jadi alasan utama pemecatannya.
Namun, kabarnya bukan hanya performa jeblok yang membuat Ulsan HD gerah.
Gaya komunikasinya yang buruk, bahkan tuduhan kekerasan verbal terhadap pemain, ikut melengkapi daftar 'dosa'nya.
Meski begitu, ia buru-buru membantah keras tuduhan tersebut, bersikukuh tak pernah berlaku kasar pada pemain, bahkan saat masih melatih Timnas Indonesia dari 2020 hingga 2025.
"Filosofi sepak bola saya adalah saya tidak boleh menyumpahi atau melukai para pemain. Orang-orang menyebut kepemimpinan saya seperti seorang kakak, bahkan di Indonesia saya suka jahil dan bercanda dengan para pemain yang saya tidak mengerti perkataannya, di situ kami menjadi dekat," kata Shin Tae Yong dalam sebuah wawancara dengan KBS, dikutip Selasa (14/10/2025).
Shin Tae Yong juga membantah isu yang menyebut taktiknya tak sesuai dengan Liga Korea Selatan. Menurutnya, para kritikus meremehkan pengalaman dirinya semasa melatih Timnas Indonesia.
Baca Juga: Dini Hari Ini, Partai Hidup Mati Indonesia VS Arab Saudi, Patrick Kluivert : Saya Tidak Takut
"Saya pikir kegagalan saya disebabkan oleh kurangnya pemahaman saya tentang urusan internal klub. Namun, saya bahkan 100 persen tidak setuju dengan kritik bahwa taktik saya tidak berhasil di K-League," tegas Shin Tae Yong.
Ia mengaku banyak orang yang selalu meremehkan pengalamannya melatih Timnas Indonesia, menyebut bahwa jika klub bisa memberinya kekuatan maka tentunya ia bisa menyelesaikan pertandingan di peringkat enam besar.
"Orang-orang terus meremehkan pengalaman saya di Indonesia, tetapi bagaimana mungkin tim peringkat 127 FIFA bisa mengalahkan Arab Saudi atau bermain imbang dengan Australia? Itu omong kosong. Jika klub memberi saya kekuatan, saya pasti bisa masuk di enam besar," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran
-
Santunan dan Pemulangan Jenazah WNI Korban Kebakaran Hongkong Ditanggung Pemerintah