- Desa Taro, Gianyar, Bali, adalah desa wisata dengan alam, budaya, dan spiritualitas.
- Desa ini terkenal dengan Legenda Lembu Putih, simbol Dewa Siwa yang disakralkan.
- Lembu Putih dibawa Rsi Markandeya, dirawat desa, dan digunakan dalam upacara adat.
SuaraBali.id - Desa Taro, salah satu desa yang terletak di Pulau Bali.
Desa ini berjarak kurang lebih 40 kilometer dari jantung kota Denpasar.
Menjadi sebuah permata yang tersembunyi di Kabupaten Gianyar, Bali, Desa Taro memadukan pesona alam, budaya kuno hingga spiritualitas dalam harmoni.
Desa ini sudah menjadi desa wisata yang menawarkan pengalaman otentik melalui homestay lokal, pertunjukan budaya, trekking spiritual hingga wisata edukasi lingkungan.
Desa Taro dikelola langsung oleh masyarakat yang ramah dan sadar wisata, sehingga menjadi contoh nyata pariwisata berkelanjutan penuh nilai lokal.
Berbicara soal Desa Taro, desa ini terkenal sebagai rumah dari Legenda Lembu Putih.
Warisan budaya yang paling terkenal adalah ‘Lembu Putih’.
Lantas bagaimanakah asal usul munculnya legenda Lembu Putih tersebut?
Lembu Putih disini dianggap sebagai simbol Dewa Siwa, sehingga sangat disakralkan oleh masyarakat setempat.
Baca Juga: BMKG Minta ke Pemprov Bali Hentikan Galian di Bukit, Jelang Musim Hujan
Lembu Putih ini erat kaitannya dengan kedatangan Ida Maha Rsi Markandeya pada abad ke – 7, yang diyakini membawa lembu putih ke Desa Taro.
Keberadaan Lembu Putih ini sangat penting dalam upacara – upacara agama dan adat, serta dianggap sebagai simbol kesucian dan keberuntungan.
Di desa ini anda akan menemukan warisan Sejarah ‘Duwe Lembu Putih’ yaitu berjumlah 56 ekor lembu yang disakralkan dan disucikan Masyarakat setempat.
Banyak masyarakat yang datang ke tempat ini untuk melakukan pengobatan alternatif dengan memohon keselamatan atau kesembuhan kepada Ida Bhatara Shiwa, pemilik duwe lembu putih.
Sehingga, Di Desa Taro, Lembu Putih tidak hanya menjadi hewan suci saja, namun juga menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya Masyarakat setempat.
Rsi Markandeya sang pembawa Lembu Putih
Tetua daerah setempat menceritakan bahwa lahirnya ‘Desa Taro’ karena Rsi Markandya yang datang dari Jawa dan dalam tapanya melihat sinar dari Kawasan desa tersebut.
Sinar itulah yang kemudian menyebabkan Rsi Markandya datang dan hendak tinggal di Kawasan yang dulunya disebut Sarwada.
Sarwada merupakan singkatan dari Sarwa Ada (Serba Ada).
Desa ini kemudian berubah nama dan disebut sebagai Desa Taro.
Wilayah Desa Taro ini terdiri dari 14 Desa Adat yakni, Sengkaduan, Alas Pujung, Tebuana, Let, Pisang Kaja, Pisang Kelod, Patas, Belong, Puakan, Pakuseba, Taro Kaja, Taro Kelod, Tatag, dan Desa Adat Ked.
Kisah Lembu Putih Desa Taro
Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Desa Taro ini adalah adanya Lembu Putih (Sapi Putih). Hewan ini bahkan sudah dianggap keramat.
Masyarakat sekitar, terutama warga Desa Pakraman Taro Kaja meyakini kesucian hewan tersebut.
Mereka tidak berani memelihara secara pribadi, apalagi membunuh hewan suci tersebut.
Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika mencapai umur enam bulan pasti langsung diserahkan pada Desa untuk merawat.
Hal itulah yang membuat sapi putih di Desa Taro ini terus bertambah, hingga sudah mencapai 50 ekor lebih.
Dalam kesehariannya, Masyarakat sekitar ditugaskan secara bergilir untuk memberi makan sapi – sapi tersebut. Sehingga sapi – sapi tersebut benar – benar diperlakukan dengan Istimewa.
Selain disucikan, sapi putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap (saksi) upacara di Bali yaitu Ngasti dan yang setingkat dengan upacara itu.
Sapi putih ini dibawa ke tempat upacara dan oleh penyelenggara upacara dituntun mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut dengan Purwa Daksina.
Untuk dapat menggunakan sapi di Desa Taro ini, pihak desa menarik ongkos kurang lebih Rp 600 ribu dengan 15 orang pendamping.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran