- Rocky Gerung dukung Mahfud MD jadi presiden, utamakan etikabilitas dan intelektualitas sebelum elektabilitas.
- Mahfud MD ditawari posisi Menko Polkam di Kabinet Prabowo, 7 September 2025, untuk jembatani TNI-Polri.
- Mahfud MD menolak tawaran Menko Polkam karena etika politik, tak berkeringat untuk Prabowo Subianto.
SuaraBali.id - Eks Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD menjadi satu – satunya yang diincar oleh seorang Rocky Gerung untuk memimpin bangsa Indonesia.
Menurut Rocky, Mahfud dianggap mampu menjadi seorang presiden dengan segala kelebihan yang dimilikinya.
“Dari awal sudah saya deteksi bahwa Mahfud MD itu adalah orang yang surplus intelektual,” aku Rocky, dikutip dari youtube Mahfud MD, Selasa (24/9/25).
Rocky menyebut bahwa Konstitusi di Indonesia yang dibawahi oleh Mahfud MD pasti memiliki arah yang positif ke depannya.
Dari situlah dirinya percaya bahwa Mahfud MD juga dianggap mampu memimpin negara sebagai presiden.
Rocky bahkan dengan serius mengungkapkan bahwa dirinya siap menjadi orang pertama yang mendukung Mahfud MD Ketika benar – benar mencalonkan sebagai presiden.
“Dulu saya itu yang pertama kali ingin Pak Mahfud jadi presiden. Kalau di Indonesia ini ahli konstitusinya seperti Pak Mahfud, bagus itu Indonesia. Saya orang pertama yang mau jadi timnya kalau Pak Mahfud mencalonkan presiden,” urainya.
“Saya sebut itu, dan itu saya serius bilang itu,” imbuh Rocky dengan ekspresi serius.
Rocky menyebut bahwa apa yang dikatakan adalah hal yang cukup serius. Menurutnya untuk menjadi seorang presiden yang pertama adalah harus lulus etikabilitas.
Baca Juga: Ijazah Jokowi dan Gibran Diragukan, Ikrar Nusa Bhakti: Just Say Katakan Bahwa Itu Ijazah Palsu
“Saya tidak bergurau itu saya serius,” ucap Rocky.
“Karena waktu itu saya punya prinsip calon presiden itu dia mesti lulus pertama bukan elektabilitas, tetapi etikability, etikabilitas Pak Mahfud mesti lulus,” jelasnya menambahkan.
Sementara yang kedua yakni harus lulus intelektualitas. Keduanya menurut Rocky sangat mudah dilewati oleh seorang Mahfud MD.
“Lapisan kedua adalah intelektualitas, Mahfud MD pasti lulus. Baru kita ijinkan dia uji Elektabilitas,” jelasnya.
“Nah sekarang calon presiden itu justru diuji Elektabilitas dulu, padahal dia defisit intelektualitas, defisit etikabilitas,” imbuhnya.
Sementara saat ini menurut Rocky justru terbalik. Sosok calon presiden hanya dimenangkan oleh survey elektabilitas, sehingga akhirnya menurut Rocky lahirlah seorang pemimpin tanpa pengetahuan dan etika yang cukup.
“Jadi waktu itu didalam pikiran saya hanya Mahfud MD yang lolos lulus etikability, lulus intelektuality, baru lulus electability,” ujarnya.
“Ke depan mestinya gitu prinsipnya,” tambahnya.
Mahfud MD Ditawari jadi Menko Polkam
Mahfud MD belakangan ini juga membuat pengakuan yang cukup mengejutkan.
Pihaknya mengaku mendapat tawaran untuk menduduki kursi strategis Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Lobi politik ini diakui oleh Mahfud terjadi pada Minggu, 7 September 2025, sehari sebelum akhirnya Presiden Prabowo mencopot Budi Gunawan sebagai Menko Polkam.
Mahfud mengaku seorang jenderal senior menghubunginya Ketika masih berada di Yogyakarta dan meminta segera terbang ke Jakarta.
Namun, pertemuan itu baru bisa terlaksana sehari setelah reshuffle diumumkan. Dalam pertemuan itu, sang jenderal membeberkan alasan mengapa nama Mahfud menjadi kandidat kuat untuk mengisi pos Menko Polkam.
“Dia bilang begini, ‘Pak Mahfud, ini Menko Polkam perlu orang yang bisa menjembatani TNI dan Polri. Diskusi – diskusi kami, kecenderungannya ke Pak Mahfud,” ujar Mahfud menirukan sang jenderal.
Mahfud MD sontak memberikan jawaban yang menusuk. Pihaknya mengaku memiliki standar etik yang tidak bisa dilanggar, terutama soal pembagian kekuasaan.
Menurut Eks Ketua Mahkamah Konstitusi ini jabatan di pemerintahan adalah hak bagi mereka yang benar – benar berjuang dan berkeringat.
“Yang berkeringat secara politik. Saya kan tidak,” akunya.
Mahfud mengakui bahwa pada Pilpres 2024, tenaganya terkuras untuk memenangkan dirinya sendiri bersama Ganjar Pranowo, bukan untuk Prabowo.
Oleh karenanya, menerima jabatan dari mantan lawan politiknya dianggap sebagai Tindakan yang tidak etis.
“Yang berkeringat untuk Pak Prabowo kan banyak, sedangkan saya berkeringat untuk diri saya sendiri. Saya tidak mungkin ingin masuk ke situ, tidak etis,” ucapnya.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran