SuaraBali.id - Di tengah riuhnya eskalasi konflik global, dari perang di Ukraina, krisis berkepanjangan di Timur Tengah, hingga ketegangan yang kian memanas di Laut China Selatan, pertanyaan besar mulai menghantui: apa yang akan terjadi jika Perang Dunia 3 benar-benar meletus?
Dan yang tak kalah penting, di mana sesungguhnya posisi Indonesia dalam skenario mengerikan tersebut?
Di berbagai forum online dan diskusi media sosial, narasi populer yang cukup menenangkan santer beredar: Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara paling aman untuk berlindung jika perang global pecah.
Argumen yang sering diusung terdengar cukup logis. Secara geografis, Indonesia terletak jauh dari pusat-pusat potensi konflik utama di Eropa dan Amerika Utara.
Sebagai negara kepulauan masif yang diberkahi kekayaan alam melimpah, secara teori Indonesia bisa menopang kehidupan warganya secara mandiri.
Lebih dari itu, prinsip politik luar negeri "bebas aktif" yang dipegang teguh Indonesia dianggap sebagai tameng utama.
Artinya, Indonesia tidak terikat pada aliansi militer manapun, baik itu NATO yang dipimpin Amerika Serikat, maupun aliansi lain yang mungkin terbentuk di sekitar Tiongkok atau Rusia.
Posisi non-blok ini seringkali dianggap sebagai kartu AS yang akan menghindarkan Indonesia dari serangan langsung.
Namun, benarkah narasi "Indonesia benteng terakhir" ini sebuah fakta, atau sekadar angan-angan yang meninabobokan?
Baca Juga: Imbas Serangan Israel ke Lebanon, Tiga PMI Asal Bali Dipulangkan Hari Ini
Di balik narasi yang menenangkan tersebut, ada beberapa faktor yang menempatkan Indonesia justru di posisi yang sangat rentan dalam skenario konflik global.
Ilusi Keamanan di Negeri Non-Blok
Para ahli strategis dan hubungan internasional mengingatkan bahwa dalam perang modern berskala global, tidak ada tempat yang benar-benar aman.
Konsep keamanan tidak lagi sebatas terhindar dari ledakan bom atau invasi militer. Perang hari ini juga terjadi di ranah ekonomi, siber, dan informasi.
Saat masih menjabat sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Andi Widjajanto, memberikan perspektif yang lebih gamblang mengenai posisi Indonesia yang sesungguhnya.
Menurutnya, netralitas adalah sebuah kemewahan yang rapuh.
"Indonesia memang tidak terikat aliansi militer manapun, yang secara teori mengurangi risiko menjadi target utama di fase awal konflik. Namun, posisi kita sebagai 'penjaga' jalur laut strategis dunia justru menjadi kerentanan terbesar. Dalam perang total, netralitas adalah sebuah kemewahan yang mahal," ujar Andi Widjajanto, dalam sebuah seminar pertahanan di Jakarta, (15/3/2024).
Kutipan tersebut membuka tabir kerentanan terbesar kita: posisi geografis yang selama ini dibanggakan justru bisa menjadi kutukan.
Selat Malaka: Berkah Sekaligus Medan Perang
Bayangkan skenario ini: konflik pecah antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sekitar 60% perdagangan maritim dunia dan sepertiga pengiriman minyak mentah global melewati jalur perairan Indonesia, terutama Selat Malaka.
Siapapun yang mengontrol selat ini, pada dasarnya mengontrol urat nadi ekonomi global.
Dalam situasi perang, jalur ini akan menjadi titik rebutan (choke point) yang paling strategis.
Indonesia akan berada di bawah tekanan luar biasa dari kedua belah pihak untuk berpihak. Menolak salah satunya bisa dianggap sebagai tindakan permusuhan.
Sementara mengizinkan salah satunya akan otomatis menjadikan Indonesia musuh bagi pihak lain.
Posisi netral akan terkikis dengan cepat, dan kedaulatan kita di perairan sendiri akan diuji hingga titik darah penghabisan.
Dampak ekonominya bahkan akan terasa lebih dulu sebelum satu peluru pun ditembakkan di tanah air.
Rantai pasok global akan runtuh. Impor gandum untuk jutaan bungkus mie instan akan berhenti. Impor komponen elektronik untuk ponsel dan kendaraan akan macet.
Di sisi lain, ekspor batu bara dan minyak sawit yang menjadi andalan devisa negara tidak akan bisa dikirim.
Inflasi akan meroket, kelangkaan barang terjadi di mana-mana, dan potensi PHK massal akan memicu gejolak sosial yang tak terbayangkan.
Perlu dipahami, bahwa perang tidak lagi hanya soal rudal, tapi soal siapa yang mengontrol perut dan dompet rakyat.
Artikel ini telah dipublikasikan suara.com dengan judul : Benarkah Indonesia Paling Aman Jika Perang Dunia 3 Meletus? Analisa Mengejutkan Posisi RI Sebenarnya
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran