SuaraBali.id - Asia Grassroots Forum (AGF) 2025 akan digelar di Bali pada 21-23 Mei 2025.
Forum yang diadakan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) ini mempunyai misi menjaring masukan dari UMKM untuk dijadikan usulan kebijakan saat puncak forum nanti.
Forum ini akan mempertemukan pelaku usaha, investor, pembuat kebijakan, dan inovator dari kawasan ASEAN untuk mencari solusi atas tantangan pembangunan ekonomi akar rumput.
“Amartha mengundang seluruh pemangku kepentingan untuk hadir dalam forum utama agar bersama-sama kita bisa mendorong transformasi ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” kata Head of Impact Sustainbility Amartha sekaligus project manager Asia Grasroots Forum 2025, Katrina Inandia dalam diskusi di UID Kampus Bali, pada Selasa (15/4/2025).
Dalam diskusi ini juga dihadirkan pemateri dari CELIOS yang memaparkan kondisi dan riset tentang UMKM di Indonesia.
Dijabarkan oleh Direktur Ekonomi dan Digital CELIOS, Nailul Huda bahwa saat ini UMKM di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan untuk mengembangkan bisnisnya.
Tantangan tersebut mulai dari kualitas SDM yang belum merata, laporan keuangan yang belum tertib, hingga keterbatasan akses keuangan dan teknologi.
“Permasalahan internal UMKM turut berkontribusi pada sulitnya mereka naik kelas. Diperlukan pendekatan menyeluruh yang menyasar ekosistem UMKM, bukan hanya bantuan modal,” ujarnya.
Diketahui UMKM Indonesia memegang peranan penting dalam memperkuat ekonomi serta mendukung penyerapan tenaga kerja nasional.
Baca Juga: Lebih Senior 10 Tahun, Maxime Bouttier Kaget dengan Gaya Hidup Tak Biasa Luna Maya
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023 menunjukkan UMKM berkontribusi 61,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.
Berdasarkan riset BPS tahun 2019 yang dijabarkan Celios, permasalahan yang paling dirasakan UMKM adalah adanya persaingan bisnis, kemudian diikuti permodalan dan pemasarannya.
Menurut Nailul Huda pelaku usaha mikro, masih mengandalkan modak pribadi, rentenir bahkan keluarga.
Tak banyak yang mengakses permodalan yang bersumber dari bank hal ini diduga karena proses pinjaman bank yang tidak terjangkau karena masalah suku bunga yang tinggi, birokrasi yang berbelit dan sebagainya.
“Kita perlu pembiayaan alternatif selain bank seperti pembiayaan online, salah satunya seperti Amartha,” ujarnya.
Tak hanya memberi bantuan pada permodalan, tapi juga pelatihan dan akses promosi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran
-
Santunan dan Pemulangan Jenazah WNI Korban Kebakaran Hongkong Ditanggung Pemerintah