Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 28 Maret 2025 | 20:46 WIB
Ogoh-ogoh yang ditampilkan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menjelang Nyepi, Jumat (28/3/2025) [Suara.com/Buniamin]

SuaraBali.id - Sebanyak 114 buah ogoh-ogoh meriahkan pawai tahun ini di Mataram, Nusa Tenggar Barat.

Dari ratusan peserta juga ada dari luar Kota Mataram, namun hanya untuk memeriahkan acara pawai.

Keterlibatan sejumlah ogoh-ogoh dari luar Kota Mataram ini karena tidak ada kegiatan yang sama di daerah lain.

Pemerintah daerah setempat tidak memfasilitasi untuk pelaksanaan pawai.

Baca Juga: Jaga Toleransi, Gambelan Ogoh-ogoh di Mataram Tidak Dibunyikan di Waktu Salat Jumat

Salah seorang panitia ogoh-ogoh di Kabupaten Lombok Tengah, Nengah Putra Dharmasraya mengatakan ogoh-ogoh yang dibawa jauh-jauh dari Kabupaten Lombok agar bisa ikut pawai sebelum pelaksanaan Tapa Brata penyepian.

Setiap tahun, seperti halnya warga di Dusun Keraning Lombok Tengah tetap mengikuti pawai Ogoh-ogoh di Mataram.

"Kita kan tidak ada di Lombok Tengah. Karena kita di sana itu minoritas. Tapi katanya bisa ikut untuk di wilayah Cakranegara," katanya Jumat (28/3/2025) siang.

Ogoh-ogoh yang ditampilkan di Kota Mataram, NTB sebelum Nyepi, Jumat (28/3/2025). [Suara.com/Buniamin]

Ia mengatakan, selama ini ogoh-ogoh yang diikutkan hanya untuk memeriahkan kegiatan saja.

Artinya, tidak masuk penilaian para juri.

Baca Juga: Sekaa Teruna di Ubud Sulap Kulit Bawang Jadi Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan

"Kita disini untuk memeriahkan saja. Kita tidak diperbolehkan ikut lomba di sini karena kita orang luar. Pawai Ogoh-ogoh tidak ada di Lombok Tengah," katanya.

Di Lombok Tengah sambungnya hanya ada empat dusun yang biasa membuat Ogoh-Ogoh sebelum Nyepi.

Untuk mengakomodir semua umat Hindu di Lombok, ia berharap agar pawai yang digelar tidak hanya sebatas Kota Mataram saja. Melainkan seluruh kabupaten kota di Pulau Lombok.

"Harapan kita itu diadakan untuk se Pulau Lombok gitu. Jadi bisa mencakup kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Barat serta daerah lain yang mungkin ingin ikut lomba ogoh-ogoh," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Lalu Muhammad Iqbal mengatakan pawai Ogoh-ogoh bukan hanya miliki umat Hindu melainkan semua warga Provinsi NTB.

"Miliki kita semua warga NTB. Kewajiban kita untuk  melestarikan agar tahun-tahun yang akan datang bisa lebih besar," katanya.

Selain itu, pawai Ogoh-ogoh tidak hanya tentang kreativitas kesenian yang akan ditampilkan tetapi juga memiliki sentuhan rohani bagi masyarakat.

Pelaksanaan pawai di bulan Ramadan tidak menyurutkan semangat warga di pulau Lombok untuk menyaksikan marak pawai dan selalu menjaga toleransi terhadap umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Ogoh-ogoh yang ditampilkan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (28/3/2025) [Suara.com/Buniamin]

"Saya melihat di sepanjang jalan saudara-saudaraku memberikan penghormatan yang menjalankan ibadah puasa.

Sebelumnya, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Mataram, Irwan Rahadi mengatakan tahun ini, pawai ogoh-ogoh hanya dari Kota Mataram dan melarang adanya dari luar kota.

"Yang menjadi atensi kita berharap tidak ada ogoh-ogoh yang berasal dari luar kota. Tidak boleh dari luar daerah. Tidak boleh," katanya.

Ia mengatakan, larangannya ini karena pawai ogoh-ogoh merupakan agenda pemerintah Kota Mataram. Sehingga, pemerintah daerah setempat juga mungkin bisa memfasilitasinya.

"Ini agenda pemerintah kota. Kabupaten juga silahkan kalau mau memfasilitasi," katanya.

Alasan lain larangan adanya ogoh-ogoh luar daerah ikut pawai di Kota Mataram ini karena mengurangi kemacetan dan potensi kerawanan yang lain.

"Ini memang dihajatkan pemerintah kota dan panitia untuk masyarakat kota," katanya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, peserta pawai ogoh-ogoh di Kota Mataram juga datang dari luar daerah misalnya Lombok Barat bahkan Kabupaten Lombok Tengah.

Terlebih, menurut Irwan, pawai ogoh-ogoh tahun 2025 ini juga bertepatan dengan hari Jumat.

Sejumlah aturan sudah dikeluarkan salah satunya tidak boleh membunyikan gambelan pada pukul 11.00 hingga pelaksanaan pawai dimulai.

Aturan ini karena pada waktu tersebut, umat Islam juga sedang bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah Salat Jumat.

Apalagi, jalur yang akan dilewati oleh para peserta ogoh-ogoh melewati masjid sebagai pusat pelaksanaan ibadah salat Jumat.

Dengan jumlah ogoh – ogoh yang sudah terdaftar, kawasan jalan Pejanggik akan sangat padat.

Karena satu ogoh-ogoh biasanya diikuti minimal 50 orang.

"Kita estimasikan 70 orang dan minimal itu 50 orang. Jadi ramai sekali nanti," katanya.

Load More