Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 13 Maret 2025 | 09:24 WIB
Gubernur Bali Wayan Koster sampaikan pemberian insentif bagi nama Nyoman dan Ketut mulai 2025 di Badung, Rabu (12/3/2025). (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

SuaraBali.id - Gubernur Bali Wayan Koster memastikan anak yang bernama Nyoman dan Ketut atau kelahiran ketiga dan keempat di Bali mulai tahun 2025 akan mendapatkan insentif khusus dari Pemprov Bali.

Hal ini menurut Koster untuk mencegah semakin berkurangnya anak dengan nama depan Nyoman dan Ketut.

“Iya yang lahir mulai tahun ini memberi insentif kepada Nyoman dan Ketut, karena Nyoman dan Ketut hampir punah,” kata Koster di sela Rapat Koordinasi Pemda se-Bali, Rabu (12/3/2025) sebagaimana dilansir Antara.

Menurutnya umat Hindu Bali saat ini cenderung memiliki dua anak ditambah jumlah penduduk Bali yang sedikit. Dimana hal ini bisa menggerus budaya asli dan kearifan lokal di Pulau Dewata dari segi penamaan anak.

Baca Juga: Koster Dan Giri Prasta Mulai Gunakan Mobil Listrik BYD Seal, Apa Keunggulannya?

“Ketut tinggal 6 persen, Nyoman tinggal 19 persen, jadi bahaya kalau Nyoman dan Ketut hilang berarti kita akan dimarahi leluhur,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa pemilik nama depan tersebut akan mendapat insentif seperti bidang pendidikan untuk membiayai buku atau seragam dan akan didata nantinya oleh sekolah yang dituju.

Guna memastikan teknis penerapan insentif ini, Pemprov Bali akan membentuk tim perumus kebijakan yang dinamakan Tim Perencanaan Pelestarian Nama Depan Anak untuk Nyoman/Komang dan Ketut.

Insentif ini masuk dalam program prioritasnya di periode kedua ini. Masuk dalam bidang adat, agama, tradisi, seni dan budaya serta kearifan lokal dengan tema mewujudkan Bali berkepribadian dalam kebudayaan dengan arah kebijakan menggali dan melestarikan warisan adiluhung budaya Bali, memperkuat dan memajukan adat tradisi seni dan budaya serta kearifan lokal.

“Meningkatkan upaya menggali warisan adiluhung berkaitan dengan tradisi seni budaya dan kearifan lokal yang telah punah atau ditinggalkan oleh masyarakat di desa adat, dan memperluas penggunaan aksara Bali sesuai Pergub Bali Nomor 80 tahun 2018,” sebutnya.

Baca Juga: Bisnis Hotel di Bali Diminta Pikirkan Solusi Efisiensi Anggaran Tanpa Melakukan PHK

Tentang Nama Orang Bali

Nama-nama khas Bali mulai Wayan, Made, Nyoman, Ketut, Ida Bagus, punya arti sendiri bagi masyarakat di Pulau Dewata.

Melansir dari laman bulelengkab.go.id, nama Wayan berasal dari kata “wayahan" yang artinya yang paling matang.  Nama anak kedua adalah Made yang berakar dari kata "Madia" yang artinya tengah.

Sedangkan anak ketiga dipanggil Nyoman yang secara etimologis berasal dari kata "uman" yang bermakna “sisa” atau “akhir”. 

Sehingga menurut pandangan hidup orang Bali, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja.  Setelah beranak tiga, kita disarankan untuk lebih “bijaksana”.

Namun zaman dahulu, obat herbal tradisional kurang efektif untuk mencegah kehamilan, coitus interruptus tidak layak diandalkan, dan aborsi selalu dipandang jahat, sehingga sepasang suami istri mungkin saja memiliki lebih dari tiga anak.

Anak keempat akhrinya bergelar nama Ketut. Ia berasal dari kata kuno "Kitut" yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak "bonus" yang tersayang.

Namun adanya program Keluarga Berencana (KB) yang dianjurkan pemerintah sejak zaman orde baru membuat semakin sedikit orang Bali yang bernama Ketut.

Itu sebabnya ada kekhawatiran dari sementara orang Bali akan punahnya sebutan kesayangan ini.

Bila keluarga berencana gagal, dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, maka mulai dari anak kelima, orang Bali mengulang siklus penamaan di atas. Anak kelima bergelar Wayan, keenam Made, dan seterusnya.

Selain itu hirarki penamaan kelahiran orang Bali memiliki sinonim, seperti untuk Wayan: Putu, Kompiang, atau Gede, untuk yang kedua yakni Made: Kadek atau Nengah, sedangkan ketiga untuk Nyoman: Komang. Tapi nama Ketut yang istimewa tak bersinonim.

Load More