Namun di sisi lain pemerataan hasil devis aitu dirasa hasilnya tidak merata bagi sebagain Pembangunan di daerah-daerah tertentu di Bali.
Inilah contoh nyata yang menunjukkan bagaimana manfaat devisa pariwisata Bali belum merata di setiap daerah:
Kesenjangan Ekonomi antara Selatan dan Utara Bali.
Perbedaan kawasan Selatan dan Utara Bali dapat dilihat jelas. Di kawasan selatan seperti Kuta, Seminyak, Nusa Dua, hotel, restoran dan kawasan wisata belanja menjamur yang berdampak pada peningkatan perekonomian, sedangkan wilayah utara seperti Buleleng kurang terkenal sehingga wisatawannya pun sedikit. Akibatnya pendapatan pariwisatanya pun rendah.
Perbedaan Infrastruktur dan Fasilitas:
Di wilayaj berkembang seperti Ubud dan Jimbaran, terdapat infrastruktur yang baik seperti jalan yang bagus, jaringan listrik yang stabil, dan akses ke air bersih. Fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah juga lebih baik. Berebeda dengan di kawasan Karangasem dan Jembrana, infrastruktur masih kurang memadai. Jalan-jalan banyak yang rusak, akses listrik dan air bersih terbatas, dan fasilitas umum masih kurang.
Ketimpangan dalam Pendidikan dan Pelatihan:
Di daerah-daerah seperti Kuta dan Nusa Dua yang menjadi kawasan pariwisata utama, banyak tersedia program pendidikan dan pelatihan di bidang pariwisata, seperti kursus bahasa Inggris, pelatihan perhotelan, dan kursus pemandu wisata. Namun berbanding terbalik dengan di wilayah lain seperti Bali Timur dan utara. Hal ini membuat masyarakat lokal kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di sektor pariwisata.
Dampak Lingkungan dan Sosial:
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah 4 Ramadan 1445 Hijriah di Kota Denpasar, Selasa 4 Maret 2025
Di daerah wisata intensif seperti Kuta dan Legian banyak ditemui masalah lingkungan seperti polusi dan kemacetan. Selain itu terjadi juga gentrifikasi yang membuat harga properti dan biaya hidup naik, membuat masyarakat lokal kesulitan. Sedangkan di daerah lain yang kurang berkembang mungkin tidak mengalami masalah lingkungan yang sama, tetapi mereka juga tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang cukup dari pariwisata.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran