SuaraBali.id - Awal tahun 2025 ini, para pengusaha travel agent tidak lagi berharap banyak pada paket perjalanan dari pemerintah. Pasalnya, kebijakan efisiensi anggaran sudah mulai dirasakan di triwulan pertama ini yang menjadikan sepi pemesanan.
"Yang pasti group paket meeting dan insentif dari instansi pemerintah belum ada. Biasanya awal tahun ada program paket insentif dari instansi pemerintah. Kita ini masih mengandalkan MICE," kata Darwin seorang travel agen di Mataram.
Ia mengatakan, seperti tahun – tahun sebelumnya, paket perjalanan di awal tahun lebih banyak dari kalangan pemerintah. Karena jika mengharapkan perjalanan secara mandiri, tidak terlalu besar. Apalagi harga tiket ke Lombok terbilang masih sangat tinggi.
"Karena yang punya duit saat ini ya pemerintah atau perusahaan. Kalau orang mau berlibur dengan biaya sendiri masih berat karena harga tiket yang mahal. Orang akan berpikir 2-3 kali mau ke Lombok dengan biaya sendiri kecuali yang sudah mapan," tuturnya.
Dengan biaya yang cukup tinggi, wisatawan disebut lebih memilih ke luar negeri jika dibandingkan berwisata di nusantara. Karena harga paket perjalanan yang lebih murah dan sudah termasuk tiket pesawat misalnya ke Malaysia atau Singapura.
"Mending mereka ke luar negeri seperti Malaysia atau Singapura lebih murah paketnya include tiket pesawat," terang Darwin.
Darwin mengatakan, sebenarnya pada triwulan ini sudah ada pemesanan paket perjalanan yang diterima. Hanya saja, setelah keluarnya instruksi presiden nomor 1 tahun 2025 tentang efisiensi anggaran, pemesanan tersebut dibatalkan.
"Kalau awal tahun biasanya 3-5 paket periode Januari – Maret. Sebelumnya sudah diinfo ada Februari ini tapi setelah keluar inpres Prabowo itu jadi batal," ucapnya.
Dengan kondisi yang terjadi saat ini, dia kembali ke konsep awal. Dimana, target pasarnya bukan lagi ke MICE dari instansi pemerintah melainkan perusahaan.
Baca Juga: Angin Kencang di Lombok Tengah Sebabkan Rumah Rusak Hingga Pohon Tumbang
Lebih memaksimalkan promosi melalui website dan sosial media untuk wisatawan .
"Kembali ke setelan awal. Target marketnya mungkin tidak bisa fokus ke MICE dari instansi pemerintah. Lebih dimaksimalkan website dan sosmed untuk grab wisatawan langsung. Jadi konsepnya B to C dan B 2 B lagi. Lebih banyak sales call dengan agent dan company," ujarnya.
Saat ditanya harapkan kepada pemerintah, Darwin mengatakan berharap kepada Allah saja.
"Berharap sama Allah SWT saja," ucapnya.
Kontributor : Buniamin
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu