Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 30 November 2024 | 12:30 WIB
Suasana perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). (ANTARA/Gecio Viana)

SuaraBali.id - Fenomena udara kabur (Haze) di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) terlihat kabur selama beberapa hari terakhir membuat jarak pandang berkurang.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini bukanlah kabut.

"Bukan kabut tapi fenomena udara kabur (haze)," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran, Jumat (29/11/2024).

Tak hanya di Labuan Bajo, Fenomena ini juga terjadi di seluruh wilayah di Pulau Flores, Sumba, dan bahkan hingga ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali.

Baca Juga: Nihil Aktivitas, Semua Penerbangan di Lombok Terdampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki

Haze diartikan sebagai kekaburan udara yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang mengaburkan pandangan dan mengurangi kejernihan langit. Hal ini terjadi saat ada akumulasi debu, asap, atau uap air di atmosfer yang menghalangi cahaya.

Fenomena ini juga dipengaruhi berbagai faktor, termasuk polusi udara, kebakaran hutan, debu vulkanik dari erupsi gunung berapi dapat melepaskan debu dan abu ke atmosfer juga dapat menyebabkan Haze.

"Selain itu kondisi cuaca seperti lapisan inversi di mana udara dingin terperangkap di bawah lapisan udara hangat, dapat menghalangi pergerakan vertikal polutan, ini menyebabkan akumulasi partikel di dekat permukaan dan meningkatkan kejadian Haze," katanya.

Menurutnya, akibat fenomena Haze jarak pandang secara visual akan nampak berkurang dan jarak pandang dengan peralatan pengamatan cuaca otomatis akan menunjukkan adanya penurunan.

Maria juga menjelaskan belum dapat memastikan bahwa penyebab Haze apakah merupakan polusi dari akumulasi abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di ruang udara atau bukan.

Baca Juga: Dua Rute Penerbangan di Bandara Lombok Dibatalkan Dampak Erupsi Gunung Lewotobi

Ia mengimbau warga Kabupaten Manggarai Barat untuk menggunakan masker saat berada di luar ruangan.

Sedangkan dampak bagi pariwisata adalah mengganggu pengalaman wisatawan saat menikmati pemandangan indah Labuan Bajo, termasuk panorama laut dan pulau-pulau sekitarnya karena langit tertutup kabut.

Sedangkan wisata seperti snorkeling, diving, dan trekking sangat bergantung pada kondisi cuaca dan visibilitas. Saat terjadi haze, bisa saja wisatawan mungkin tidak mendapatkan pengalaman maksimal dari keindahan bawah laut dan alam yang ada.

"Dampak jangka panjangnya tentu akan mempengaruhi perekonomian lokal yang sangat bergantung pada pariwisata," katanya. (ANTARA)

Load More