Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 06 September 2024 | 18:15 WIB
Para pemburu E-meterai di Kantor Pos Mataram, NTB, Jumat (6/9/2024) [Suara.com / Buniamin]

SuaraBali.id - Menjadi seorang aparatur sipil negara (ASN) mungkin menjadi impian semua orang. Karena menjadi ASN disebut sudah memiliki jaminan hidup hingga hari tua. Hal ini terlihat dari jumlah pelamar yang mencapai ribuan pelamar.

Salah seorang pelamar CPNS dari Kabupaten Lombok Timur Robby Firmansyah mengatakan rekrutmen tahun ini merupakan kedua kalinya. Pertama kali mengikuti seleksi CPNS tahun 2019 di Kementerian Hukum dan HAM.

"Waktu itu lulusan SMA yang dicari. Ikut itu dan baru pertama kali. Tapi tidak lolos," katanya Jumat (6/9/2024) siang.

Tahun ini merupakan tahun kedua mengikuti seleksi sebagai abdi negara ini. Mengambil formasi jabatan yaitu sebagai Analis Perkara Peradilan di Mahkamah Agung RI.

Baca Juga: Maju di Pilkada 2024, Wali Kota Mataram Cuti Dua Bulan

"Ambil yang cocok sama jurusan saja waktu kuliah. Saya kuliah di UIN Mataram dengan jurusan S-I Hukum," katanya.

Namun setelah berhasil mendaftar, Robby baru merasakan kekhawatiran tidak lolos administrasi. Pasalnya, tempat tanggal lahir yang ditulis berbeda di KTP dengan yang ada di ijazah.

"Saya khawatir ini tidak lolos. Secara fisiknya sama tempat tanggal lahir saya, tapi kenapa saya tulisnya berbeda," ungkapnya.

Dengan kesalahan yang dilakukan sendiri, Roby berharap bisa tetap bisa lolos dan bisa ikut tahapan selanjutnya. "Semoga lolos saja dah ini," ujarnya.

Sementara itu, Rizka yang baru lulus S-I ekonomi pembangunan di Universitas Mataram ini cukup kaget dengan seleksi CPNS. Sebagai orang yang baru pertama ikut daftar, seleksi CPNS cukup menantang.

Baca Juga: Sudah Pernah Ada Suspect Mpox di Sumbawa, Pemerintah NTB Semakin Waspada

Karena selain karena formasi yang harus sesuai dengan jurusan, jumlah pelamar dengan kuota yang siapkan jauh berbeda. Kali ini mengambil ekonomi pembangunan di BPKP NTB.

"Kaget banget dengan jumlah pelamar. Sementara kuota yang disiapkan sedikit. Jumlah yang dibutuhkan ada yang sembilan, dua kadang-kadang juga yang satu," katanya.

Ia mengakui, menjadi seorang abdi negara bukan satu-satunya tujuan. Hanya saja menjadi seorang ASN tidak melulu tentang kecerdasan melainkan untung-untungan.

"Kata banyak orang ini sih untung-untungan, nasib gitu. Makanya coba aja siapa tahu kita dapat keuntungan itu," tegasnya.

Dengan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pendaftaran, Rizka saat ini belum berhasil untuk men submit seluruh syaratnya karena terkendala E-meterai yang sempat eror.

"Ini kendalanya banyak sekali. Dari e-meterai yang sulit didapat sampai pembubuhan. Saya belum pembubuhan tapi tadi nyari-nyari di smartphone caranya," katanya.

Kontributor : Buniamin

Load More