SuaraBali.id - Janur kuning melengkung rasanya sudah menjadi kalimat tak asing, terlebih bagi para generasi z. Pasalnya, janur tersebut biasa dipasang di depan rumah yang tengah mengadakan acara resepsi pernikahan.
Namun, janur kuning ini sebenarnya tak melulu difungsikan sebagai pelengkap acara pernikahan saja, melainkan juga untuk acara adat.
Seperti halnya di Pulau Bali, janur kuning ini digunakan sebagai pelengkap di acara adat. Masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan Penjor.
Penjor memiliki makna sesuai dengan bentuk dan waktu pemasangannya. Saat Hari Raya Galungan tiba, penjor ini mulai dipasang menghiasi jalan-jalan di setiap sudut Pulau Bali.
Baca Juga: Siswa Sekolah di Bali Ini Mahir Membuat Seni Anyaman, Langka di Masa Kini
Pemasangan penjor ini juga tidak boleh sembarangan. Ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi sesuai dengan kepercayaan umat Hindu Bali.
Ada dua jenis penggunaan, penjor sakral dan penjor hiasan. Penjor sakral digunakan sebagai bagian dari upacara keagamaan seperti saat Hari Raya Galungan.
Sementara Penjor hiasan biasanya digunakan dalam acara-acara seni desa untuk menyemarakkan suasana.
Penjor ini digunakan menggunakan bambu setinggi 10 meter dan dihias menggunakan janur muda serta dedaunan lainnya.
Ujung bagian atas biasanya akan melengkung lantaran sangat tinggi. Tak hanya dedaunan, penjor juga dilengkapi dengan unsur alami seperti pala bungkah yang terdiri dari umbi-umbian, pala gantung yang terdiri dari jenis buah-buahan dan pala wija berupa biji-bijian.
Baca Juga: Makna Pamerajan di Setiap Rumah Adat Bali
Di bagian ujung atas yang melengkung digantung sampiyan penjor yang lengkap dengan bunga, porosan dan ornament lainnya.
Di bagian bawah terdapat rumah kecil untuk meletakkan sesaji dan pelengkapnya. Rumah kecil ini biasa disebut dengan sanggah ardha candra, berbentuk dasar persegi empat dan bagian atapnya ditutupi dengan anyaman bambu melengkung menyerupai bulan sabit.
Penjor ini bukan hanya sebagai hiasan saja di Hari Raya Galungan, namun juga memiliki makna yang dalam.
Penjor ini mengandung makna dalam ornament dan bahan-bahan penyusunnya. Bambu yang menjulang tinggi menggambarkan sebuah gunung, istana Sang Pencipta.
Penggunaan bambu ini melambangkan tempat yang suci. Warna terang dari janur dan dedaunan melambangkan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).
Hasil bumi yang digunakan memberikan makna ungkapan Syukur dan terima kasih pada Sang Pencipta atas kesejahteraan yang diberikan.
Penjor Galungan ini juga dimaknai sebagai naga, ujung penjor yang melengkung diartikan sebagai ekor naga dan bagian bawah tempat tatakan dan anyaman bambu dimaknai sebagai kepala naga.
Simbol naga ini disebut “Naga Basuki” sebagai lambang pertiwi dengan segala hasil alam yang memberikan kehidupan dan keselamatan.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
-
Tegas! Goenawan Mohamad Wanti-wanti Prabowo: Jangan jadikan Bali Seperti Singapura atau Hong Kong!
-
Nikmati Keindahan Bali dengan Makan Malam Bergaya di Taittinger Champagne Dinner
-
Perjalanan Karier Syakir Sulaiman, Eks Timnas yang Diciduk Gegara Narkoba
-
BRI Liga 1: Bekuk Bali United, Strategi Khusus PSBS Biak Diungkap Pelatih
-
Bali Jadi New Singapore Dan New Hong Kong Jadi Ramai, Sekjen Gerindra Klarifikasi Ucapan Prabowo
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Bakal Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siapa yang Dirubah Engga Tahu!
-
Pegawai Komdigi Manfaatkan Alat AIS Rp250 M untuk Lindungi Judol, Roy Suryo Duga Ada Menteri Ikut 'Bermain'
-
Trump Effect! Wall Street & Bursa Asia Menguat, IHSG Berpotensi Rebound
-
Baru Sebulan Jadi Bos NETV, Manoj Punjabi Mengundurkan Diri
-
Harga Emas Antam Meroket! Naik Rp14.000 per Gram Hari Ini
Terkini
-
Anomali Cuaca Ekstrem di Mataram Bisa Terjadi Sewaktu-waktu, Nelayan Diminta Waspada
-
Masyarakat Bali Diajak Periksa Bila Temukan Gejala TBC, Biaya Ditanggung BPJS Dan Global Fund
-
Turis Asal Arab Saudi Ditemukan Tak Bernyawa di Hotel Kawasan Legian
-
Bule Rusia Overstay di Bali Berdalih Tak Tahu Aturan Dan Paspornya Terselip
-
Mayat Bersimbah Darah Dengan Leher Tergorok di Taman Pancing Diduga Korban Pembunuhan