Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 17 April 2024 | 15:48 WIB
Salah satu pembeli ketupat di jalan Airlangga, Mataram, NTB [Suara.com/Buniamin]

SuaraBali.id - Tradisi Lebaran Topat dilaksanakan enam hari setelah Hari Raya Idul Fitri di Pulau Lombok. Pada moment ini, masyarakat di kelurahan Punia kota Mataram mulai menjajakan makanan khas Lebaran Topat.

Salah seorang pedagang, Yanti mengatakan berjualan menu Lebaran Topat hanya dilakukan selama dua hari sebelum dan saat perayaan. Kesempatan ini dimanfaatkan sudah beberapa tahun terakhir karena omzet yang diperoleh cukup menggiurkan.

“Berjualan setiap Lebaran Topat saja sama Idul Fitri. Ini kita manfaatkan karena omzet yang cukup menggiurkan,” katanya Rabu (17/4/2024) pagi.

Dalam sehari, omzet yang diperoleh mencapai Rp1 juta. Pendapatan ini tergantung dari jenis makanan yang dijual. Artinya, jika makin banyak menu maka omzet yang diperoleh lebih banyak.

Baca Juga: Arus Balik Lebaran di Lombok Diperkirakan Pada 15 April

“Kita dapatnya bisa sampai Rp1 juta bahkan lebih,” katanya.

Menu makanan yang dijual seperti ketupat, lontong, bantal (jajan dari ketan), opor ayam, urap, pelecing hingga poteng dan jaje tujak. Rata-rata pembeli yang datang banyak dari kalangan ASN yang tidak sempat membuat ketupat.

“Yang beli itu banyak dari ASN. Kita manfaatkan jajan ini hanya pada momen ini saja. Jadi mudah diakses oleh pembeli,” katanya.

Harga yang ditawarkan kepada pembeli berbeda-beda tergantung jenis menu yang dipilih. Untuk harga ketupat saja yaitu sebesar Rp20 ribu untuk empat buah.

“Sekarang harga-harga mahal jadi kita juga sesuaikan,” ujarnya.

Baca Juga: Jukir di Kuburan Pun Dapat Berkah Saat Idul Fitri

Dalam sekali jualan, ketupat yang dibuat yaitu mencapai 25 kg beras. Jumlah ini disebut kadang bisa habis dalam sehari.

“Ini kita buat sendiri. Janur saja yang kita beli dan itupun hanya mahal,” katanya.

Sementara pedagang yang lain, Yus mengatakan dalam sehari omzet yang diperoleh mencapai Rp2 juta. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski jenis jualan yang sama namun tetap habis terjual.

“Saya mulai jualan itu pagi jam 08.00 wita sampai malam nanti. Habis ini sudah. Yang kita jual sama saja ini sepanjang jalan ini,” katanya.

Menu saat lebaran topat rata-rata sama. Selama ini keberadaan pedagang yang menggunakan trotoar tersebut tidak diusir petugas. Pasalnya aktivitas jualan yang dilakukan hanya pada waktu tertentu saja.

“Kita tetap jualan di sini setiap tahun terutama pada saat Lebaran  Topat. Kalau di hari lain trotoar ini sepi (tidak ada yang berjualan red),” katanya.

Salah seorang pembeli, Ika mengatakan lebih memilih membeli yang sudah jadi. Karena sebagai karyawan swasta dirinya mengaku tidak cukup waktu untuk membuat ketupat dan menu yang lain.

"Ini lebih praktis saja. Tinggal kita beli sesuai kebutuhan. Rasanya juga enak," katanya.

Kontributor : Buniamin

Load More