
SuaraBali.id - Satu hari pasca Hari Raya Nyepi, beberapa tempat di Bali memiliki tradisi khasnya untuk menyambut pergantian tahun saka. Salah satunya adalah tradisi omed-omedan yang digelar di Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar pada Selasa (12/3/2024).
Tradisi satu ini kerap dikaitkan dengan ciuman massal atau tradisi untuk mencari jodoh. Namun, omed-omedan tidak ada kaitannya dengan kedua hal tersebut.
Prosesi tersebut diawali dengan silaturahmi masyarakat setempat di Banjar Kaja dan diikuti dengan upakara dan persembahyangan di pura tersebut. Setelahnya, baru proses omed-omedan dilangsungkan.
Puluhan pemuda akan membentuk dua barisan yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Nantinya, salah satu antara pemuda dan pemudi itu akan berhadapan dan didorong untuk akhirnya berpelukan.
Baca Juga: Ngaku Dapat Pawisik Pemangku Ini Hendak Meditasi di Pura Silayukti Saat Nyepi
Momen pelukan tersebut kemudian disambut teriakan peserta dan penonton, serta guyuran air. Saat dipeluk, barisan masing-masing akan menarik mereka untuk dipisahkan.
“Tradisi ini bukan tradisi cium-ciuman. Sebenarnya kedua kelompok itu laki perempuan berpelukan. Dalam pelukan itu tidak tertutup kemungkinan terjadinya ciuman,” ujar Kelihan Banjar Kaja Desa Adat Sesetan, I Made Sudama, Selasa (12/3/2024).
Dari namanya, kata “omed” dalam omed-omedan berarti menarik. Sehingga omed-omedan dapat diartikan sebagai tarik-menarik. Secara filosofis, prosesi omed-omedan ini dimaknai untuk mempererat tali silaturahmi pada tahun baru saka.
Tradisi ini sudah dilangsungkan sejak abad ke-17 yang lalu. Bahkan dalam zaman penjajahan, masyarakat saat itu rela membayar upeti untuk tetap melaksanakan tradisi tersebut. Sudama menyebut jika tradisi tersebut tidak dilangsungkan, hal buruk bisa terjadi pada masyarakat Banjar Kaja.
Meski saat ini omed-omedan diikuti oleh kelompok pemuda di Banjar Kaja, namun bukan berarti tradisi tersebut sebagai ajang pencarian jodoh.
Baca Juga: 59 dari 103 Napi Hindu di Lapas Lombok Barat Dapat Remisi Nyepi
Sudama menjelaskan jika dulu peserta omed-omedan diikuti oleh masyarakat Banjar Kaja dari berbagai usia. Namun, pada sekitar tahun 1990-an, tradisi itu dilanjutkan oleh pemuda karena berharapan bahwa pemuda yang akan melestarikan dan menghidupkan omed-omedan.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen, Lindungi Kulit Bikin Awet Muda
- 3 Klub Belanda yang Berpotensi Jadi Pelabuhan Baru Marselino Ferdinan
- Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier Dianggap Tak Sah, Ustaz Derry Sulaiman Bingung Sendiri
- Loyalitas Tinggi, 3 Pemain Ini Diprediksi Tetap Perkuat PSIS Semarang di Liga 2 Musim Depan
- Pernyataan Resmi PSIS Semarang Usai Jadi Tim Pertama yang Degradasi ke Liga 2
Pilihan
-
Nizar Ahmad Saputra, Dari Relawan Jokowi Kini Diangkat Jadi Komisaris Bank Syariah Indonesia
-
5 Rekomendasi Mobil Murah Rp20 Jutaan, Vibes Jadul Performa Tetap Unggul
-
Profil Lengkap Anggoro Eko Cahyo yang Resmi Jadi Direktur Utama BSI
-
Dugaan Korupsi Alat Kesehatan, Kejari Geledah Kantor Dinkes Karanganyar
-
9 Rekomendasi HP Baterai Jumbo Minimal 6000 mAh, Kuat Berhari-bari Tanpa Powerbank
Terkini
-
Segera Klaim, DANA Kaget Masih Dalam Rangka Jumat Berkah
-
Siswa di Denpasar Berkelahi Karena Divideokan Saat Merokok, AWK : Masuk Barak Militer
-
Pasca Koster Larang Preman, Polda Bali Tangkap 56 Preman yang Beroperasi di Bali
-
Cerita Sukses Pemuda Bali Bawa AUM Mendunia, Berawal dari Modal Rp 300 Ribu
-
Ada Saldo DANA Kaget Hari Ini, Klik Dan Rp 800 Ribu Berpeluang Masuk e-Wallet