Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 01 Februari 2024 | 15:55 WIB
Tarian Sanghyang [Foto: Pusat Data Nasional Kekayaan Komunal Indonesia, Direktorat Jenderal Intelektual Kementrian Hukum dan HAM, Republik Indonesia]

SuaraBali.id - Kesenian tari di Bali rasanya tidak akan sulit ditemui. Pasalnya, hampir setiap daerah memiliki kesenian yang khas.

Tarian-tarian yang ada di Bali ini juga sering digelar sebagai pertunjukkan masyarakat sekitar dan para wisatawan.

Berbicara soal tari Bali, yang langsung muncul dibenak pasti ‘Tari Kecak’. Padahal masih banyak tarian khas Bali yang perlu dieksplor.

Salah satunya yaitu Tarian Sanghyang. Sebelum tari Kecak terkenal, ia merupakan tari pengiring Tari Sanghyang.

Baca Juga: Viral! Turis di Bali Masuk Jalan Tol Pakai Sepeda Motor Tanpa Helm

Namun Tari Kecak mengambil lakon Ramayana, sementara Tari Sanghyang sebagai pertunjukkan tanpa lakon tertentu.

Tarian Sanghyang menjadi bagian dari ritual Masyarakat Bali. Tarian ini ditampilkan sebagai salah satu cara menolak marabahaya.

Tak diketahui pasti kapan awal kemunculan Tari Sanghyang. Namun menurut cendikiawan tari dan karawitan Bali, I Made Bandem, tari Sanghyang sudah ada sejak lama.

Tarian ini adalah tarian kuno, peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang banyak ditemukan di daerah pegunungan Bali utara dan timur.

Ada banyak jenis tari Sanghyang, salah satunya yang cukup populer adalah tari Sanghyang Dedari. Tarian ini dibawakan oleh perempuan muda berjumlah dua atau empat orang.

Baca Juga: Polda Bali Pastikan Pemilik Ayu Terra Resort Vincent Juwono Tidak Sakit Jiwa

Sebelum pementasan, para penari mengenakan kain serta busana berwarna putih. Mereka kemudian dibawa ke suatu tempat suci untuk melakukan upacara.

Penari akan diposisikan duduk bersimpuh. Juru kidung yang terdiri dari koor perempuan melantunkan nyanyian-nyanyian suci serta mantra-mantra.

Setelah kidung dan mantra dilantunkan, penari roboh dan ditopang oleh seorang pengemong kelompok. Hal ini menandakan bahwa penari Sanghyang Dedari sudah mulai kehilangan kesadaran.

Inti pertunjukkan ditandai dengan penari yang mulai bangun menari-nari berkeliling dalam keadaan kesurupan.

Apabila sedang ada wabah penyakit atau marabahaya tertentu, penari akan diarak berkeliling desa dengan maksud mengusir roh jahat.

Pertunjukkan diakhiri dengan memercikkan air suci dan pembagian bunga dari para penari kepada warga masyarakat. Kedua hal tersebut dipercaya mempunyai kekuatan magis yang dapat melindungi warga desa.

Kontributor : Kanita

Load More