SuaraBali.id - Kajeng Kliwon bagi umat Hindu Bali diyakini sebagai hari sakral, karena dikenal keramat. Di hari itu diyakini sebagai hari pertemuannya leak untuk mengasah keilmuannya.
Kajeng Kliwon ini diperingati sebagai hari turunnya para bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama.
Untuk diketahui, dharma agama merupakan konsep ajaran agama Hindu yang artinya kewajiban umat Hindu untuk melaksanakan ajaran-ajaran agamanya sehingga terwujud tujuan ajaran agama Hindu.
Di Hari Kajeng Kliwon ini para bhuta muncul menilai manusia yang melaksanakan dharma. Lantaran menjadi 'hari keramat', ada pantangan dan larangan yang harus dihindari saat Kajeng Kliwon.
Seperti salah satu contohnya tidak diperbolehkan bepergian sendiri ke tempat yang angker. Hal ini sudah dijelaskan dalam kitab Alih Aksara, Alih Bahasa dan Kajian Lontar Sundarigama.
Menurut perhitungan Pancawara Kalender Bali, Kajeng Kliwon merupakan hari yang suci, karena Bhatara Siwa sedang bersemedi.
Selain itu masyarakat Hindu Bali juga percaya jika saat Kajeng Kliwon ini tidak diperbolehkan keramas. Jika ada yang nekat melakukan hal tersebut, maka rambutnya akan rontok.
Mengingat hari yang sangat keramat dan sakral, masyarakat Hindu Bali tidak dianjurkan untuk menyepelekan Hari Kajeng Kliwon.
Saat Kajeng Kliwon, umat Hindu Bali biasanya menghaturkan banten segehan sebagai sarana penetralisir kekuatan negatif. Ada pula tipat dampulan sebagai lambang bahwa jiwa manusia sedang dipenuhi emosi.
Baca Juga: Dianggap Keramat, Ini Makna Kajeng Kliwon Menurut Hindu Bali
Banten segehan ini ditujukan untuk para bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Segehan yang dihaturkan saat Kajeng Kliwon ini adalah segehan cacah dan mancawarna.
Segehan ini dihaturkan dibeberapa tempat dan ditujukan kepada penghuni alam bawah, yakni manusia, hewan, tumbuhan, dan bhuta kala yang kasat mata.
Segehan ini dihaturkan disetiap sudut merajan atau sanggah, halaman rumah, dan gerbang pintu rumah.
Tujuan menghaturkan segehan ini merupakan perwujudan bhakti dan sradha umat kepada Hyang Siwa ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa) telah mengembalikan (Somya) Sang Tiga Bhucari.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Berita Terkait
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Melalui Kolaborasi Global di Bali, BKSAP Dukung Penguatan Diplomasi Ekonomi Biru Berkelanjutan
-
Hey Bali Tawarkan Penitipan Barang Gratis Selama 4 Jam, Strategi Bangun Kepercayaan Wisatawan
-
Kemenpar Klarifikasi Isu Larang Airbnb, Ini Fakta Terkait Penataan OTA di Bali
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali