Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 23 November 2023 | 10:22 WIB
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri (tengah) memberikan sambutan pada Konferensi Insinyur ASEAN (CAFEO) ke-41 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (22/11/2023). [ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna]

SuaraBali.id - Dalam konsolidasi pemenangan pemilu DPD PDIP Bali di Denpasar, Bali, kemarin, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta kadernya tidak takut saat lawan politik berusaha melemahkan semangat menjelang Pemilu 2024.

Ia pun mengaku sudah mendapat laporan soal kejadian seperti penurunan baliho paslon Ganjar-Mahfud di Bali hingga kejanggalan hukum yang terjadi.

“Ga usah keder (kebingungan), tidak usah takut kalau digituin. Ini bukan zaman Orba dulu. Ini Orde Reformasi. Tapi kita respons baik-baik caranya, dengan santun dan taat pada hukum”, katanya, Selasa (22/11/2023).

Ia pun bercerita tentang pengalamannya saat Orde Baru dipanggil polisi sampai 3 kali dan Megawati mengaku memenuhi panggilan aparat dan tetap berdiri pada kebenaran.

Baca Juga: Gimick Politik Gemoy Ala Prabowo-Gibran Ditanggapi PDIP : Kami The Real Politics

“Sebagai orang Bali, Anda tahu 'karmapala' kan, jadi tenang saja, ada 'satyam eva jayate'," ujarnya di hadapan ratusan kader PDIP Bali.

Megawati juga berpesan agar seluruh kader di Pulau Dewata kerja keras turun ke masyarakat karena mengerahkan kekuatan akar rumput merupakan syarat terpenting.

“Saya mau partai solid, bersatu, dan berdisiplin melaksanakan instruksi partai. Instruksi partai itu objektif, instruksi yang tujuannya bagi kita bersama, bagi rakyat, bangsa, dan negara,” pesannya.

Di sisi lain, Hasto Kristiyanto justru merasa semakin yakin Ganjar-Mahfud bisa menang dalam Pemilu 2024 melebihi kemenangan Jokowi 2019.

“Target ini telah disampaikan Bu Megawati yang menunjukkan bahwa optimisme seluruh kader partai yang menyatu dengan rakyat relawan untuk memenangkan Ganjar-Mahfud,” ujarnya.

Baca Juga: Mahasiswa Asal Medan Ditemukan Tewas di Kuta, Ini Awal Kecurigaan Keluarga

“Ketika baliho Pak Ganjar dan Mahfud itu diturunkan, rakyat menyediakan tempatnya untuk dipasang baliho Ganjar-Mahfud. Ketika yang lain menggunakan mobilisasi kepala desa, maka Pak Ganjar tidur di rumah rakyat. Jadi cirinya gerakan,” sambungnya. (ANTARA)

Load More