Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 22 November 2023 | 16:40 WIB
Upacara Megedong-gedongan di Bali [phdi.or.id]

SuaraBali.id - Kehadiran seorang bayi di dunia memang menjadi sebuah anugrah. Mereka adalah sebuah titipan yang luar biasa dan harus dijaga pula dengan baik.

Tak hanya saat sudah terlahir saja, sejak dalam kandungan bayi juga wajib mendapat perlindungan dari keluarga (orangtua) melewati doa.

Iya, kepercayaan seperti itu memang benar adanya. Di setiap daerah memiliki kepercayaan mengirim doa baik untuk si jabang bayi sejak dalam kandungan.

Salah satunya seperti di Bali, di sini mengenal akan adanya tradisi Megedong-gedongan. Upacara adat ini adalah Upacara pertama yang ditujukan kepada bayi dalam kandungan sang ibu ketika berusia 5 bulan Bali (7 bulan dalam kalender masehi).

Baca Juga: Proyek Jalan Tol Mengwi Gilimanuk Kembali Diundur, Menteri PUPR Jelaskan Alasannya

Upacara Megedong-gedongan dilakukan bertujuan untuk menyucikan bayi dalam kandungan. Masyarakat Hindu Bali percaya jika melakukan upacara ini, maka bayinya akan selamat dan tidak mudah gugur.

Megedong-gedongan dipercaya dapat menguatkan sang jabang bayi dan ibunya hingga tiba waktunya persalinan nanti. Upacara ini juga sebagai doa agar persalinan dapat berjalan lancar.

Lantas mengapa saat usia menginjak 7 bulan? Pasalnya bayi di usia 7 bulan tersebur dianggap sudah memiliki wujud yang lebih sempurna (seperti manusia).

Dalam Upacara ini sang bayi diharapkan setelah lahir memiliki budi yang luhur, menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan negara, serta diberikan keselamatan hidup.

Upacara Megedong-gedongan ini diawali dengan sang ibu hamil yang akan dimandikan (siraman) dan dilanjutkan dengan mabyakala dan payascita.

Baca Juga: Hasto Kristiyanto Sebut Status Keanggotaan Bobby Nasution Otomatis Gugur di PDIP

Kemudian sang ibu membawa wadah rempah-rempah di atas kepalanya, sementara tangan kanannya menjinjing daun talas yang diisi dengan air dan ikan hidup.

Upacara Megedong-gedongan ini juga melibatkan sang suami, ia menggenggam benang ditangan kirinya dan tangan kanannya memegang bambu runcing.

Sang suami akan menggeser benang dan menusukkan bambu runcing ke daun talas yang dibawa istri sampai air dan ikannya tumpah.

Proses tersebut akan ditutup dengan persembahyangan, memohon keselamatan kepada Tuhan dan dilakukan penglukatan.

Kontributor: Kanita Auliyana Lestari

Load More