Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 07 Februari 2023 | 17:37 WIB
Ilustrasi pekerja migran. [Istimewa]

SuaraBali.id - Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal, Desa Jurumapin, Kecamatan Buer, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nurul Hidayati putus komunikasi dengan keluarga selama belasan tahun.

Hal ini disebabkan handphone dan beberapa data diri Nurul Hidayati yang dimiliki keluarga terbawa air bah saat musibah banjir melanda.

Setelah belasan tahun beruntung pihak keluarga menemukan secarik kertas berisi perjanjian kerja dan tertera nomor telepon majikan.

Kakak ipar Nurul Hidayati, Muhammad Fikdal mengakui jika keluarganya merantau sekitar 15 tahun lamanya.

Baca Juga: Muncul Spanduk Diduga Penolakan Kedatangan Anies Baswedan di Lombok

Namun kelurga sempat putus komunikasi selama belasan tahun. Baru baru ini, sekitar tahun 2022 dapat berkomunikasi dan meminta untuk pulang.

Keluarga pertama kali menemukan nomor telepon majikannya yang tertera dalam surat perjanjian kerja. Setelah mendapatakan nomor tersebut  langsung menelpon majikan Nurul Hidayati.

"Dulu sempat banjir bandang, HP hanyut dan semua data diri termasuk Nurul Hidayati, untung ada koper dan setelah dicari-cari ada surat perjanjian kerjasama nah di sana ada nomor majikan,” aku Muhammad saat dihubungi Suara.com, Selasa (7/2/2023).

Meskipun keluarga sudah berkomunikasi, akhir-akhir ini keluarga khawatir sebab Nurul Hidayati dikabarkan kabur dari majikannya dan  berada di KBRI, Riyadh, Arab Saudi.

Bukan tanpa alasan, keluarga mengakui Nurul Hidayati kabur dari majikan karena mendapatkan perlakuan tidak baik dan gaji juga tidak dibayar.

Baca Juga: Video Nenek Mandi Lumpur di Lombok Tengah Dihapus TikTok

"Dia menghubungi kami, katanya kabur dari majikan dan sudah lima bulan di sana,” tambahnya.

Saat ini, keluarga tengah berupaya memulangkan Nurul Hidayati. Pihaknya pun sudah menghubungi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) NTB guna mendapatkan bantuan dan berharap keluarga dapat dipulangkan.

"Kami sudah hubungi SBMI NTB", akunya.

Dirinya mengakui, jika keluarga menanti kepulangan Nurul. Banyak peruntungan sudah dicoba, mulai dari biaya mandiri sekitar Rp 10 juta rupiah.

Namun belum mendapatkan kejelasan hingga saat ini. Malah keluarga menelan kecewa, Rp 2,5 juta rupiah dipotong dengan dalih untuk biaya transportasi.

Keluarga Nurul pun kini meminta bantuan SBMI NTB.

"Orang tua kasihan, sudah lama menunggu. Keluarga di sini panas (marah) mau demo,” keluhnya.

Ketua SBMI NTB, Usman mengatakan PMI ini berangkat sekitar tahun 2008. Pihak SBMI pun sudah menerima pengaduan dari keluarga Nurul Hidayati sekitar tujuh bulan lalu.

Namun sampai hari ini belum mendapatkan kejelasan.

"Keluarganya bilang sudah di hubungi oleh PMI tersebut katanya sudah di KBRI tetapi belum pulangkan  makanya kami minta kawan kawan SBMI di sana untuk cari informasinya,” aku Usman.

Kontributor : Toni Hermawan

Load More