SuaraBali.id - Seminggu setelah perayaan Hari Kuningan bagi umat Hindu di Bali, ada sebuah tradisi khas yang selalu dilakukan di Desa Adat Kesiman. Penjor raksasa yang menghiasi Pura Agung Petilan Kesiman menjadi salah satu tanda akan berlangsungnya Hari Pengerebongan.
Pada Hari Minggu (22/1/2023) ini, masyarakat merayakan puncak Hari Pengerebongan di Pura Agung Petilan Kesiman, Denpasar.
Bendesa Desa Adat Kesiman, I Ketut Wisna menjelaskan tradisi ini sudah menjadi identitas Kesiman sejak lama. Desa Adat Kesiman adalah desa yang sangat tua dan bahkan sempat menjadi pusat pemerintahan di Bali yang kala itu disebut pemeintahan Kertalangu.
Rentetan peristiwa yang terjadi saat itulah yang membuat tatanan Parahyangan (Hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan sesama manusia), dan Palemahan (hubungan manusia dengan alam lingkungan) di Desa Adat Kesiman.
Dalam pelaksanaannya, rangkaian Pengerebongan ini adalah proses ngilen yang sudah dimulai sejak Hari Manis Galungan atau sehari setelah Galungan. Pada Manis Galungan, diadakannya prosesi “ngebekin” untuk meminta permohonan kesejahteraan.
Prosesi dilanjutkan dengan “Mendak” guna menyambut berkah yang dilakukan dua hari pasca Kuningan, atau tepatnya pada Soma Langkir.
“Dalam kaitannya dalam pengrebongan ini adalah suatu proses berupa Pengilen. Pengilen itu di tempat lain disebut usaba. Khusus ngilen-nya ini dari Manis Galungan. Manis Galungan ini disebut Ngebekin, artinya kita ada suatu permohonan, kesejahteraan, seperti itu. Kemudian ada di soma langkir, pahing kuningan itu ada prosesi berupa mendak, seperti menyambut berkah,” ujar Wisna saat ditemui, Minggu (22/1/2023).
Prosesi dilanjutkan pada hari Sabtu dan Minggu, seminggu pasca Kuningan. Wisna menyebut tahap ini adalah prosesi kegembiraan dalam Pengerebongan.
Pasalnya, pada hari tersebut masyarakat Kesiman akan berkumpul untuk menghias Pura dengan Penjor khas dan melakukan persembahyangan.
Baca Juga: Hari Ini, Wisatawan China Akan Kembali Datang ke Bali Dengan Penerbangan Langsung
Dalam perayaan ini juga dilakukan tradisi Ngurek atau di beberapa wilayah menyebutnya Ngunying.
Berita Terkait
-
Resep Es Kuwut Bali Spesial, Takjil Segar dan Istimewa untuk Ramadan 2025
-
Solid! Stefano Cugurra Dukung Persis Solo Tetap Bertahan di BRI Liga 1
-
Marak Terjadi di Bali Padahal Dilarang, Apa Itu Praktik Nominee?
-
Profil Noah Leo Duvert, Kiper Muda Bali United yang Dipanggil Nova Arianto ke Timnas Indonesia U-17
-
Gubernur Bali Tinggalkan Alphard, Pilih Mobil Listrik BYD, Lebih Murah?
Tag
Terpopuler
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Jebloskan Nikita Mirzani ke Penjara Reza Gladys Sempat Disebut Cocok Gabung Gen Halilintar
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
Pilihan
-
Biasa Blak-blakan, Ahok Takut Bicara soal BBM Oplosan Pertamina: Ada yang Saya Enggak Bisa Ngomong
-
Catat Lur! Kedubes Kerajaan Arab Saudi dan Pemkot Solo Akan Gelar Buka Bersama Sepanjang 2,7 Kilometer
-
BYD M6 dan Denza D9 Jadi Mobil Listrik Terlaris di Indonesia pada Februari
-
Tiga Seksi Tol Akses IKN Ditargetkan Rampung 2027, Ini Rinciannya
-
7 Rekomendasi HP 5G Murah Mulai Rp 2 Jutaan Terbaru Maret 2025
Terkini
-
Shalat Tarawih Ala Masjidil Haram di Islamic Centre NTB, Ini Jadwal Para Imam Timur Tengah
-
Skandal Kapolres Ngada: Order Anak Lewat MiChat Lalu Jual Konten ke Luar Negeri, DPR : Pecat Saja
-
Jadwal Imsakiyah & 2 Doa Berbuka Puasa Ramadan 1446 H Untuk Denpasar
-
Imbauan Penting untuk Pemudik Lombok-Bali Jelang Nyepi dan Lebaran 2025
-
Nyoman Dan Ketut Hampir Punah, Gubernur Bali Siapkan Insentif Untuk Kelahiran 2025