Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 23 November 2022 | 16:15 WIB
Pak Jebrag saat menjajakan bendera Piala Dunia di kawasan Renon, Denpasar, Bali. [Suara.com/ Putu Yonata Udawananda]

SuaraBali.id - Piala dunia yang dilaksanakan di Qatar sudah bergulir sejak Minggu (20/11/2022) lalu. Euforia turnamen sepakbola paling bergengsi sejagat itu dimanfaatkan oleh pedagang untuk menjual bendera negara-negara peserta piala dunia, tak terkecuali di Bali.

Namun, salah seorang pedagang bendera di kawasan Renon, Denpasar yang akrab disapa Jebrag menyebut minat masyarakat untuk membeli bendera menurun drastis dibanding turnamen-turnamen sebelumnya.

Menurut pedagang yang berasal dari Bandung itu, sepinya penjualan bendera saat ini bahkan serupa saat ia pertama kali berjualan bendera di Bali sejak 2005 lalu.

“Saya jualan sejak 2005, dulu orang-orang aneh lihatnya sampai nanya 'jemur apa itu mas?’, tapi setelah itu ramai sampai (Piala Dunia) 2018 kemarin. Sekarang malah turun drastis ini,” ujar Jebrag saat ditemui pada Rabu (23/11/2022).

Baca Juga: Akun Ini Hina Niluh Djelantik Kudis Kurap Dan Singgung Nama Anies Baswedan

Jebrag memang sudah cukup lama berjualan bendera, termasuk juga menjual bendera merah putih menjelang hari kemerdekaan.

Harga yang dipatoknya mulai dari kisaran Rp40.000-Rp100.000 per benderanya tergantung ukuran.

Ia menduga, faktor ekonomi pasca pandemi membuat masyarakat lebih memilah kebutuhannya sehingga tidak lagi meminati bendera.

Selain itu, ia juga menyebutkan faktor piala dunia tahun ini yang diselenggarakan pada musim hujan juga membuat waktu berdagangnya berkurang.

“Biasanya (piala dunia) kan bulan Juni, pas masih panas. Sekarang tumben pas musim hujan, jadi ya kalau hujan kayak kemarin itu udah gak bisa jualan,” tuturnya.

Baca Juga: Bule Jerman Suka Makan Nasi Goreng di Angkringan Pantai Yehsumbul Jembrana

Penurunan penjualan itu tentu saja berpengaruh langsung terhadap omzetnya. Jika pada turnamen-turnamen sebelumnya ia mampu meraup hingga Rp 1 juta dalam sehari, kini ia hanya mampu mendapat Rp300 ribu hingga Rp500 ribu dalam sehari.

Meski begitu, saat ini ia tidak kapok untuk berjualan bendera di Bali. Setelah hampir 17 tahun berjualan di Bali, ia sudah mengenal banyak orang untuk bekerjasama dan menurutnya Bali juga tempat yang lebih aman untuk berjualan.

Setelah berjualan bendera piala dunia selama sejak Oktober, pria yang kesehariannya bekerja sebagai penjual pakaian itu berencana kembali ke Bandung pada pertengahan Desember.

Namun, ia sudah merencanakan agar pada tahun berikutnya ia akan berjualan di Bali mengingat tahun 2023 nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. 

“Insyallah kalau masih diberi umur, tahun depan saya jualan lagi, kan ada (Piala Dunia) U-20 itu. Nanti 2024 juga ada Euro, jadi semoga masih diberi kesehatan,” pungkasnya.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

Load More