SuaraBali.id - Semenjak Bus Trans Metro Dewata sejak dikenakan tarif bagi penumpang mulai 31 Oktober 2022, jumlah penumpang yang menumpang ke bus merah tersebut jadi menurun.
Selain itu juga karena masalah kesulitan dalam melakukan transaksi pembayaran.
Pengemudi Bus Trans Metro Dewata Koridor III Nyoman Suadnyana menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi selama tiga hari terakhir disebabkan karena kesulitan pengguna bus dalam melakukan pembayaran.
"Volume penumpang berkurang karena banyak kita tolak dari segi tapping card, kartunya banyak yang tidak berhasil sebab SOP kita bagi mereka yang membawa kartu yang tidak terkoneksi dengan alat itu kami tolak, tidak diizinkan untuk naik," kata dia.
Sebenarnya banyak masyarakat telah mengetahui soal tarif untuk Bus Trans Metro Dewata. Namun, permasalahan pada alat dan kartu elektronik yang menyebabkan mereka kecewa karena tak dapat menggunakan bus.
"Mudah-mudahan ini merupakan suatu pembelajaran, karena dari tim kami juga sedang kembali lagi memperbaiki sistemnya. Wajar lah karena ini kita baru mengawali, pada intinya kami berharap kepada masyarakat yang menggunakan jasa Trans Metro Dewata mari bersabar dulu," ujar Suadnyana.
Hal serupa juga disampaikan Nengah Putrawan, salah satu pengguna kendaraan umum yang beroperasi sejak 2020 lalu itu.
Dirinya gagal menggunakan kartu elektronik sehingga harus menggunakan aplikasi lain untuk proses pembayaran melalui pemindaian.
"Bayarnya pakai aplikasi, sudah sering pakai tapi kartunya belum bisa jalan, jadi scan pake aplikasi Gopay QRIS," kata Nengah yang mewajarkan nominal pembayaran karena angkanya dinilai tak tinggi.
Baca Juga: Pemimpin 17 Negara Disebut Sudah Mengonfirmasi Kehadiran di KTT G20 Bali
Sementara Siswanto, seorang pedagang yang rutin menggunakan Bus Trans Metro menyampaikan harapannya agar bus tersebut memperluas rute dan halte.
"Tidak masalah (berbayar), tapi sayangnya kalau sama-sama bayar sebenarnya enak angkot. Angkot Rp5.000 turunnya kan di sembarang tempat, kalau ini kan harus di halte," kata dia.
Masyarakat Kaget
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta mengatakan penurunan ini wajar karena kekagetan masyarakat.
"Masyarakat kaget, karena berdasarkan perhitungan jumlah orang yang naik Bus Trans Metro Dewata menurun pada hari pertama diberlakukan aturan berbayar, penumpang turun hingga 75 persen," ujarnya, Rabu (3/11/2022).
Padahal sebelum dikenakan tarif, keterisian bus tersebut mencapai 43 persen dan ditargetkan meningkat hingga 70 persen setelah adanya kenaikan BBM.
Berita Terkait
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
-
Tanggapi Kekalahan Borneo FC dari Bali United, Bojan Hodak: Saya Kepikiran Persija
-
Waspada Macet! Dishub DKI Bocorkan Rekayasa Lalu Lintas di Sekitar Monas Saat Reuni 212
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran