SuaraBali.id - Tradisi Mesantalan di Desa Pakraman Duda di Dusun Bangbang Biaung, rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Acara ini merupakan ritual penutup rangkaian Aci Ngusaba Kapat di Karangasem, Bali.
Sebelum tradisi ini dimulai, ratusan krama laki - laki, perempuan, remaja hingga anak - anak, mulai berdatangan membawa banten ke Pura Puseh yang berada sekitar 500 meter di sebelah selatan Kantor Camat Selat tersebut.
Setelah semua krama hadir, banten yang dibawa langsung dihaturkan di area utama mandala pura.
Para pemangkut muput sedangkan sebagian krama laki - laki duduk menunggu persembahyangan di area madya mandala Pura. Sementara yang lain ada juga yang terlihat ngobrol di luar Pura.
Baca Juga: Sungai Yeh Ho Tabanan Kembali Makan Korban, Pria Paruh Baya Diduga Tenggelam
Hingga munculnya pertanda dari pengelingsir pura, seluruh krama kemudian menuju areal utama mandala untuk mengikuti persembahyangan bersama yang dipuput oleh seorang pemangku.
Setalah persembahyangan, tepat pukul 14.30 WITA, krama laki - laki kemudian membaur menjadi dua kelompok.
Satu kelompok berada di utama mandala pura dan sebagain ada di area madya mandala pura.
Setelah menempati posisi masing - masing, kedua kelompok itu saling melempari satu sama lainnya menggunakan ketipat (ketupat) lungsuran dari bebanten yang sebelumnya telah haturkan oleh krama di Pura Puseh.
"Tipat yang dilemparkan itu adalah tipat lungsuran dari banten yang dihaturkan sebelumnya oleh krama, ini maknanya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan dengan harapan seluruh warga selalu diberikan kemakmuran," tutur I Komang Gede Sutama selaku pengelingsir Pura Puseh Bangbang Biaung sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.
Baca Juga: Nekat Naik Gunung Agung Tanpa Pemandu, Dua Bule Inggris Tersesat
Setelah adanya tradisi ini, ketipat atau ketupat yang sebelumnya telah dilemparkan akan dipungut oleh karama untuk nantinya dibawa pulang.
Ketupat tersebut diyakini ketipat tersebut akan membawa berkah bagi mereka.
Sementara itu, tradisi "Mesantalan" Ini kata Sutama adalah rangkaian akhir dari Aci Ngusaba Kapat yang rutin digelar setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari ke-11 setelah upacara penyineban aci Ngusaba Kapat di Desa Pakraman Duda yang jatuh pada hari ini dan bertepatan dengan hari raya Sarawati.
Berita Terkait
-
Jadwal Persib Kontra Bali United Resmi Ditunda
-
Jokowi Direncanakan Akan Datang ke Bali Demi Kampanyekan Mulia-PAS, Megawati Tidak
-
Buntut 'Jalan-Jalan ke Bali', Pengamat Sarankan Pj Bupati Ganti Kadinsos Jika Tak Ingin Kepercayaan Masyarakat Hilang
-
Polisi Ungkap Lab Narkoba Hasis di Vila Uluwatu Bali Hasilkan Duit Rp 1,5 Triliun Dalam 2 Bulan
-
Polemik Kunjungan Dinas Sosial Kabupaten Bogor ke Bali, Boros atau Kebutuhan?
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Ingin Punya Rumah di Kota Pahlawan? Hadiri KPR BRI Property Expo 2024
-
Pintu Masuk Desa yang Terdampak Erupsi Lewotobi Dipasangi Spanduk Dilarang Masuk
-
Bawaslu Bali Mulai Awasi Serangan Fajar Jalur Uang Digital
-
Inilah Kelebihan Apple Watch SE Gen 2
-
Kunjungan Wisatawan ke Gunung Rinjani Tinggi, Sampah Capai 31 Ton di Jalur Pendakian