SuaraBali.id - 12 Oktober 2002 menjadi hari kelam bersejarah di Bali, hari di mana terjadi peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia, ledakan Bom Bali 1 20 tahun yang lalu itu telah menewaskan 202 orang dari warga negara asing (WNA) dan warga Negara Indonesia (WNI) di Jalan Legian, Kuta, Badung, Bali.
Dua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian dan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Denpasar.
Masih tersimpan rapi file rekaman video kejadian Bom Bali 1 di kartu memori seorang wartawan senior di Bali bermama Sigit Purwono, yang kala itu bekerja di TVRI. Dokumentasi ini pun dinyatakan dalam sebuah film dokumenter di momen menjelang peringatan 20 tahun Bom Bali.
Kala itu Sigit yang sedang tertidur sore hari mendengar keriuhan dari tetangga sekitar, tak lama kemudian ia yang tinggal di kawasan Jalan Tukad Yeh Aya Renon mendengar suara ledakan.
Ternyata ledakan itu berasal dari ledakan keras berasal dari bom di depan Konsulat Jenderal Amerika Serikat, jiwa jurnalisnya terpanggil, ia lantas menggunakan mobil pribadi mengajak temannya, Bambang Sumbono untuk bergegas ke tempat kejadian perkara (TKP) Bom kedua itu merupakan sinyal dari bom utama di Jalan Legian.
Sigit mendapatkan momentum berjalan beriringan dengan ambulans dan bisa memasuki kawasan titik TKP.
Sigit menceritakan ketika memasuki lokasi tempat meledaknya bom di Jalan Legian, dirinya seakan tidak percaya melihat apa yang terjadi.
Kondisi sekitar ground zero porak poranda dan hancur berantakan, Sigit tidak bisa membayangkan dahsyatnya kekuatan bom yang meledak.
Sigit menyampaikan Jalan legian yang biasanya hingar bingar dengan suasana khas Kuta, tiba-tiba berhenti berdetak, diam dan sunyi, hanya suara raungan sirine mobil pemadam yang paling dominan malam itu, selebihnya adalah suara orang-orang yang sedang melakukan proses pertolongan dan evakuasi korban,
Baca Juga: AJI Denpasar Dan IJTI Bali Gelar Pemutaran Film The White Balance 20 Tahun Bom Bali
Tumpukan jasad-jasad bertebaran, korban-korban luka dengan luka bakar parah, lalu lalang ambulans, kobaran api hingga lubang yang menganga lebar dan dalam di lokasi tempat kejadian tepat meledaknya bom.
“Keadaan sangat gelap, karena aliran listrik padam, namun saya masih dapat melihat dengan jelas karena membawa lampu di camera video, Saat Itu terlihat banyak wartawan foto dan camerawan tv berada di lokasi kejadian tetapi mereka tidak membawa lampu, Dengan kondisi seperti Itu, saya dengan mudah mengambil gambar kemana saja, masuk ke reruntuhan Sari Club yang dipenuhi mayat, mengikuti proses evakunsi korban, mengamati ground zero yang seperti kubangan air dan melihat puluhan mobil ynng hangus terbakar bersama penumpangnya,” ungkapnya kepada SuaraBali.id
Dalam video dokumenternya menggambarkan awal mula kejadian, masa persidangan terdakwa bagaimana para pelaku berdialog dengan hakim, hingga pemakaman setelah eksekusi hukuman mati ia sajikan sesuai fakta tanpa ada naskah menjadi literasi referensi dan rujukan untuk kasus bom bali 2002 dan terorisme internasional.
Satu bulan pasca kejadian tepatnya 15 November 2002 sebelum Jalan Legian kembali dibuka dilakukan ritual pembersihan secara Hindu.
"Interestnya di sini saya menyajikan fakta tanpa tulisan, real fakta, video asli hasil riil bukan direkonstruksi, saya namakan The white balance, yang saya rasakan ngeri karena banyak sekali mayat yang tewas yang kondisi mengenaskan, ada mayat yang masih di mobil terbakar terpanggang ngeri tidak menyangka dahsyatnya ledakan sepanjang Legian mobil gosong semua,” ungkap dia
“Video ini menjadi jejak digital peristiwa tahun 2002 lalu, seperti apa kejadiannya, kondisi setelahnya, Bali sepi, kejadian pertama dan berdampak pada dunia internasional,” imbuhnya.
Tag
Berita Terkait
-
Catatan AJI: Masih Banyak Jurnalis Digaji Pas-pasan, Tanpa Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
-
Suara.com Gelar Workshop Jurnalisme Konstruktif untuk Perkuat Liputan Lingkungan
-
Film Dokumenter Palestina 'The Voice of Hind Rajab' Akhirnya Tayang di Bioskop Indonesia
-
Yura Yunita Ungkap Pernah Liputan ke Penjara Nusakambangan: Challenging!
-
Yura Yunita Ungkap Pengalaman Menegangkan Saat Liputan di Penjara Nusakambangan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran