SuaraBali.id - Masih banyak hal yang belum diketahui dari sejarah di Indonesia. Terutama yang berhubungan dengan kemerdekaan melawan penjajah.
Salah satu sejarah yang tak banyak diketahui adalah kisah perjuangan dari Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Salah satu ceritanya disampaikan warga Penarungan, Nyoman Susanta.
Nyoman Susanta menyampaikan cerita tentang perjuangan ayahandanya yang bernama Ketut Receh. Ia dulunya adalah Ketua Markas W.
Di medan pertempuran dulu, Susanta bercerita bahwa ayahnya menyebut ada dua tentara Jepang terlihat kebingungan di salah satu tempat di wilayah Badung.
Mereka bernama Mitsuhito dan Araki telah menyerah tanpa perlawanan dan mengibarkan bendera putih. Kedua tentara Jepang tersebut diajak ke "Markas W" Penarungan dan mereka berjanji akan membantu perjuangan.
"Mereka menyerah tanpa perlawanan dan mengibarkan bendera putih sehingga, para intel kemerdekaan berani mendekati mereka. Saat itu, tidak ada kecurigaan dari masyarakat, mereka melihat kedua orang Jepang ini sangat polos," tutur Susanta beberapa waktu lalu sebagaimana diwartakan beritabali.com - jaringan suara.com.
Mereka pun diajak berbagubgg serta diberi tugas melatih para pejuang di Blumbungan, Sibang, Badung. Selain itu, keduanya ditugaskan mencari senjata di Tangsi Militer Jepang.
Keduanya pun diangkat sebagai anak angkat oleh ayahnya, dan langsung diberi nama orang Bali, Sukra dan Sukri.
"Mereka sudah diadopsi oleh Ketua "Markas W", Bapak saya (Ketut Receh) dan menjadi (memeluk agama) Hindu. Mereka juga ingin diaben kalau gugur dalam perang, demikian cerita ayah saya," ujarnya.
Baca Juga: Jual Nasi Jinggo Gagal, Mantan Napi Ini Malah Kembali Masuk Bui Dengan Kaki Luka Tembak
Menurut cerita ayahnya, pahlawan I Gusti Ngurah Rai sempat meminta bantuan ke "Markas W". Kemudian kedua orang Jepang tersebut dikirim ke Batalion I Gusti Ngurah Rai yang berkedudukan di Marga, Tabanan.
Namun sayang, dalam perjalanan Wayan Sukra (Mitsuhito) tewas tertembak tentara Belanda. Sementara Made Sukri (Araki) berhasil membantu Gusti Ngurah Rai dan gugur dalam pertempuran di Marga Tabanan.
Mitsuhito dan Araki tidak pernah mengunjungi rumah orang tua angkatnya karena bersembunyi di markas.
"Pesan terakhirnya dari cerita ayah saya saat masih ada, kalau mereka gugur nantinya ingin diupacarai seperti Agama Hindu," ujarnya, sembari menambahkan bahwa ayahnya Ketut Receh telah meninggal dunia tahun 1955 karena sakit.
Berita Terkait
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Selamat Tinggal MTV: Mengenang VJ Ikonik Era Kejayaan
-
Melalui Kolaborasi Global di Bali, BKSAP Dukung Penguatan Diplomasi Ekonomi Biru Berkelanjutan
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
Terkini
-
5 Mobil Keluarga dengan 'Kaki-Kaki' Jangkung Anti Banjir
-
Urutan Makeup Sempurna Skin Prep hingga Setting Spray Khusus Pemula
-
Lari Makin Nyaman, Cedera Minggir! Ini 4 Rekomendasi Sepatu Lari Pria dan Wanita
-
Viral Bonnie Blues Bangbus di Bali Berujung Deportasi
-
7 Rekomendasi Sunscreen SPF 50: Perlindungan Extra dari Sinar Matahari