Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 25 Februari 2022 | 06:35 WIB
ILUSTRASI - Umat Hindu mengarak Ogoh - ogoh dan sejumlah kesenian lain seperti Ondel - ondel, Barongsai juga Arakan Singa di sepanjang Jalan Cinere Raya, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/3). [Suara.com/Arief Hermawan P]

SuaraBali.id - Desa Adat dengan wilayah terbesar di Bali, Desa Adat Kerobokan kompak tidak membuat dan mengarak ogoh-ogoh menjelang Hari Suci Nyepi bulan Maret 2022 mendatang.

Ketua Yowana Desa Adat Kerobokan, I Gusti Prayoga Mahardika Putra menjelaskan, sebanyak 50 banjar adat di Desa Adat Kerobokan sepakat tidak Nyomya ogoh-ogoh.

Mereka mengkhawatirkan kerentanan pelanggaran protokol kesehatan sehingga berpotensi terhadap lonjakan COVID-19 dan terkena sanksi Satgas COVID-19.

"Kenapa sepakat menunda karena jujur saja, selain waktu izinnya sudah mepet persyaratan juga terlalu rumit, kami khawatir, ini menjadi tanggung jawab panitia, kalau ada pelanggaran kasihan ketua pemuda banjarnya. Ada oknum yang melanggar nanti bisa yang kena sanksi, itu yang dikhawatrikan, karena ada batasan dan rawan pelanggaran," kata Yoga kepada SuaraBali.id, Kamis 24 Februari 2022.

Yowana dari setiap Sekaa Teruna Teruni (STT) atas kesepakatan bersama Penglingsir, Bendesa hingga Klian Desa memutuskan mengganti kegiatan ogoh-ogoh dengan kegiatan kreativitas lainnya yakni lomba penjor bulan April 2022 mendatang usai Nyepi.

"Kita siapkan solusi pengganti, dengan lomba penjor jadi di kawasan Kerobokan nanti akan penuh dengan hiasan penjor, ada lomba Fotografi, Videografi, TikTok, acaranya berpusat di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kerobokan," ujarnya.

Di samping itu, Yoga menjelaskan, dari 584 STT banjar di Badung, sekitar 66 STT telah menyatakan untuk ikut prosesi Nyomya di Wewidangan Banjar masing-masing.

"Mereka beberapa punya ogoh-ogoh stok lama, dengan keluarnya izin terbaru dari Gubernur Bali akhirnya ikut mengarak di banjar, kalau Kuta Utara dan Abiansemal informasi terakhir juga tidak buat," ujarnya.

Yoga selaku Ketua Yowana juga mendatangi tiap STT yang membuat ogoh-ogoh dengan memberikan support dalam menjalani Nyomya ogoh-ogoh dengan persayaratan yang diatur sedemikian rupa.

"H-7 kita kunjungi ke banjar kita bawa hand sanitizer dan masker, dari Petang ke Kuta Selatan," ucap dia.

Ketua Yowana yang berprofesi sebagai dokter itu juga memperjuangkan para STT banjar, baik yang ikut Nyomya maupun yang tidak berpartisipasi, untuk tetap mendapatkan dana kreativitas dari pemerintah sebesar Rp 10 juta untuk masing-masing STT.

"Teman yang sudah berjuang berusaha buat kita fasilitasi, teman-teman yang tidak buat juga kita fasilitasi kita pastikan mendapatkan dana kreativitas untuk mengganti kegiatan lain," tuturnya.

"Kami juga lobi ke pemerintahan dana ogoh-ogoh ke kreativitas, salah satunya untuk membuat aneka kegiatan seperti lomba ogoh-ogoh mini dan kegiatan terbaru pasca Nyepi," imbuh Yoga.

Yoga pun berkomunikasi dengan pimpinan kepolisian dari tingkat Polsek hingga Polda untuk bertukar informasi dan perkembangan di lapangan.

"Kita sharing data laporan perkembangan terkini ke kepolisian, sama-sama bertanggung jawab," ujar Yoga.

Load More