SuaraBali.id - Awal tahun 1965 suasana di Bali memanas. Hal itu dipicu adanya penangkapan aktivis PNI Wedastera Suyasa yang kemudian memantik gelombang demonstrasi oleh PNI dan PKI.
Dikutip dari beritabali.com, Pada awal 1965, Universitas Marhaen di Singaraja kedatangan dosen tamu dari Jember yang bernama Utrecht. Profesor Utrecht menyampaikan keprihatinan soal maraknya aksi demonstrasi di Denpasar yang silih berganti dilakukan PNI dan PKI. Demonstrasi silih berganti ini dipicu oleh penangkapan seorang aktivis PNI, Wedastera Suyasa
Penangkapan Wedastra Suyasa terjadi di Lapangan Puputan Badung, di tengah penyelenggaraan rapat akbar Front Nasional. Saat itu hadir ribuan massa dari semua partai Nasakom seperti PNI, PKI, Masyumi, NU, dan partai lainnya. Para pejabat panca tunggal mulai jaksa, hakim, polisi, panglima, gubernur, lengkap hadir di acara tersebut.
Tujuan rapat untuk menggelorakan semangat ganyang Malaysia yang dianggap boneka Nekolim (Neokolonialisme) yang saat itu sedang dikobarkan Presiden Soekarno.
Yang pertama naik mimbar untuk berpidato adalah wakil PNI, sebagai partai terbesar pasca pemilu 1955. Wedastera Suyasa mewakili PNI naik ke podium. Dengan lantang Wedastera mulai berpidato.
"Saudara-saudara, kita satukan tekad mengganyang Malaysia! Tapi tahukah Saudara ada petani di Jatiluwih (Tabanan) yang kopinya belum matang untuk dipanen keduluan dipetik orang Nasakom BTI? Bulan Maret, Nyoman Gedur di Mendoyo Jembrana dibunuh, lalu di Klungkung I Parlemen dibunuh, pelakukanya adalah mereka yang mengaku paling revolusioner!"
Mendengar pidato Wedastera yang memerahkan kuping kader PKI, Gubernur Suteja segera naik ke atas panggung. Dia memeringatkan Wedastera dan mencoba menarik microphone dari tangannya. Terjadi saling tarik dan saling rebut di atas podium, sampai tentara turun tangan mendamaikan.
Setelah rapat itu, Wedastera langsung dibawa ke Kodam dan ditahan di penjara Pekambingan.
Karena desakan massa PNI yang minta dia dibebaskan, Wedastera dikirim ke Jakarta menjadi tahanan Kejaksaan Agung.
Baca Juga: Kisah Pemuda Bernama Nyoman Gedur yang Tewas Dibunuh PKI
Tapi aksi demo di Denpasar tak juga mereda. Setiap hari pendemo berteriak Bebaskan Wedastera dan Ganyang PKI.
Tak mau ketinggalan, keesokan harinya PKI pun membalas dengan aksi tandingan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali