Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Jum'at, 03 September 2021 | 19:12 WIB
Ilustrasi Jet Pribadi. (Pixabay/Jayjay V)

SuaraBali.id - Bisnis transportasi menggunakan private jet (jet pribadi) mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19.

"Sepanjang pandemi ini dari tahun lalu itu kenaikannya dua kali lipat apabila dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19," jelas Direktur PT Indojet Sarana Aviasi Stefanus Gandi di Badung, Bali, Kamis (2/9/2021), sebagaimana dikutip Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, dari kantor berita Antara.

Ia mengatakan, peningkatan pengguna jasa jet pribadi yang dioperasikan PT Indojet Sarana Aviasi tersebut juga terjadi selama masa penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Selama PPKM ini kami lancar-lancar saja. Mungkin karena masyarakat merasa melakukan perjalanan pribadi lebih aman dan selama ini kami bisa terbang ke mana saja yang mungkin tidak bisa dijangkau oleh penerbangan komersial," katanya.

Baca Juga: Wisata Bali: Desa Serangan Bertahan di Zona Hijau COVID-19, Warga Patuh Prokes

Selain lebih aman, menurut Stefanus Gandi alasan masyarakat menggunakan jasa transportasi private jet adalah efisiensi waktu dan keterbatasan penerbangan di pesawat komersial mengharuskan mereka mengambil private jet.

"Kebanyakan tamu yang menggunakan jasa kami adakah penumpang umum yang memiliki budget tentunya, kemudian penumpang yang bepergian untuk keperluan perjalanan bisnis yang berdasarkan catatan dari awal pandemi saja sampai sekarang mereka tetap jalan," ungkapnya.

Ia menjelaskan, selama masa pandemi, Indojet Sarana Aviasi lebih banyak melayani penerbangan domestik dibandingkan dengan penerbangan internasional.

"Lebih banyak ke dalam negeri selama pandemi ini mungkin trafik kami 90 persen dalam negeri, sisanya 10 persen luar negeri seperti ke Singapura, Malaysia dan sesekali ke Australia," ujar Stefanus.

Untuk transportasi jet pribadi rute Bali, ia mengungkapkan bahwa penerbangan Indojet Sarana Aviasi di rute itu memang selalu terpantau ramai dan diminati oleh para pengguna jasa carter pesawat jet pribadi.

Baca Juga: Wisata Bali: Kisah Lumba-lumba dan Nama Pondok Lovina yang Kini Disimpan

"Rute Bali dari dulu selalu ramai, tujuannya banyak. Ada yang memang liburan kemudian juga yang urusan bisnis itu yang biasanya ke Bali biasanya," katanya.

Terkait pasar penumpang Warga Negara Asing di Bali, Stefanus mengatakan selama pandemi pihaknya juga banyak mengangkut WNA dengan rute penerbangan ke luar wilayah Bali.

"Kami sering mengangkut WNA yang keluar Bali dengan tujuan Jakarta lalu mereka connecting flight ke negaranya dengan pesawat komersial. Beberapa kali itu tamu dari Eropa yang
akan pulang ke negaranya, kami antar sampai Jakarta lalu mereka lanjut pesawat komersial," katanya.

Stefanus Gandi menambahkan, untuk memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik bagi pengguna jasanya, pihaknya lebih memberikan pelayanan secara personal.

"Kami melakukan pendekatan seperti treatment kepada keluarga, jadi tidak bersifat penumpang seperti pada biasanya. Jadi family treatment," ungkapnya.

Dalam melayani penumpang, PT Indojet Sarana Aviasi mengoperasikan sejumlah pesawat jet berbagai jenis seperti Hawker 400 yang terdiri dari enam seat, Hawker 800 yang dapat mengangkut delapan orang penumpang serta Legacy 600 yang memiliki 13 seat.

Ia mengatakan, untuk pemesanan jasa transportasi pesawat jet pribadi yang dioperasikan Indojet Sarana Aviasi rute domestik, calon penumpang dapat melakukan pemesanan satu hari sebelumnya.
Sedangkan untuk penerbangan rute internasional, pemesanan dapat dilakukan satu minggu sebelum tanggal keberangkatan untuk menyiapkan berbagai persyaratan di negara tujuan.

"Untuk rute domestik, pemesanan bisa satu hari sebelumnya selama pesawatnya ada. Yang paling penting adalah syarat perjalanannya harus sudah ada misalnya PCR, selama itu sudah terpenuhi bisa dadakan, di hari yang sama pun bisa kalau pesawat kami ready," ujar Stefanus Gandi.

Sejumlah rute penerbangan private jet yang dilayani Indojet Sarana Aviasi seperti rute Jakarta-Bali (sekali jalan) dibanderol mulai dari 19.500 dolar AS, Jakarta-Surabaya 16.000 dolar AS, Jakarta-Lombok 21.500 dolar AS, Jakarta-Labuan Bajo 32.000 dolar AS.

Sedangkan rute Jakarta-Jogja (YIA) 14.000 dolar AS, Jakarta-Makassar 29.000 dolar AS, Jakarta-Medan 29.000 dolar AS, Jakarta-Sumba Tambolaka 31.000 dolar AS, dan Jakarta-Sorong 55.000 dolar AS.

Load More